Liputan6.com, Jakarta Kawanan beruk di jalur menuju Ibu Kota Nusantara (IKN), tepatnya di sekitar hutan penelitian Wanariset Samboja, semakin banyak. Satwa yang hidup berkelompok dan lebih dikenal dengan sebutan kera ekor babi ini selalu memenuhi ruas jalan yang mulai padat itu.
Munculnya kawanan beruk tak lepas dari kebiasaan masyarakat yang memberi makanan ke satwa liar saat melintas di sebuah hutan. Akibatnya, hewan yang sejatinya liar jadi kehilangan sifat liarnya karena sumber pakan didapatkan dari manusia.
Kepala Badan Standardisasi Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPSILHK) Samboja Yassir Ishak menyebut, pihaknya sudah memasang banyak tulisan peringatan dilarang memberi makan satwa. Himbauan tersebut ternyata tak sepenuhnya digubris.
Advertisement
Baca Juga
“Ada beberapa kebiasaan warga kita, yang mungkin belum tau, memberi pakan satwa yang secara tidak langsung mengubah perilaku satwa tersebut,” kata Ishak, Rabu (7/6/2023).
Akibatnya, satwa yang seharusnya liar mulai tergantung pada manusia. Ishak bahkan menyebut beruk seperti pengemis yang menunggu manusia memberi makanan.
“Ini jalan utama, pintu gerbang menuju Ibu Kota Nusantara, jika satwa-satwa itu keluar akan mengganggu kelancaran pengguna jalan dalam beraktifitas, tapi juga mengancam keselamatan pengendara,” ujarnya.
Arman dari Jejak Pulang, sebuah organisasi nirlaba yang fokus penyelamatan satwa dilindungi, menyebut beruk yang meminta makan di tepi jalan menuju IKN kian tak terkendali. Ini merupakan dampak dari kebiasaan warga yang memberi makan dan menganggap kawasan itu tempat wisata.
“Ada perubahan perilaku dari beruk macaca yang tadinya hidup liar, sekarang setelah orang kasih pakan, mereka datang dan mengemis berharap makanan. Padahal ini sebenarnya perilaku yang tidak kita inginkan,” kata Arman.
Jejak Pulang pun ikut menghimbau masyarakat untuk berhenti memberi makan satwa liar yang ditemui saat melintas di sebuah kawasan hutan. Tak hanya itu, upaya sosialisasi pun dilakukan hampir setiap hari kepada warga yang sengaja berhenti untuk memberi makan.
Sementara itu, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim menyebut dampak pemberian pakan akan mengganggu kesejahteraan hewan. Tak hanya itu, konflik dengan manusia hanya menunggu waktu saja.
“Kesejahteraan satwa liar dilihat dari kemampuannya mencari makan dan bertahan hidup secara liar. Kalau diberi makan manusia, satwa akan terbiasa dan akan minta terus. Ini harus kita hentikan,” kata Kepala BKSDA Kaltim Ari Wibawanto.
Sampah
Kini jalan poros menuju Ibu Kota Nusantara di kawasan Hutan Wanariset Samboja punya masalah baru. Masyarakat yang singgah dan memberikan pakan kepada satwa liar di pinggir jalan meninggalkan sampah.
“Padahal ini merupakan jalur utama, pintu gerbang menuju Ibu Kota Nusantara,” keluh Ishak.
Sejak awal Mei 2023 lalu, BPSILHK Samboja bersama warga, anggota TNI dan kepolisian, masyarakat sekitar, dan Jejak Pulang rutin menggelar bakti sosial membersihkan sampah. Meski rutin dibersihkan, tumpukan sampah tetap saja ada.
“Akhirnya kita putuskan selain memasang papan peringatan, sosialisasi rutin akan juga dilakukan setiap ada warga yang singgah dan memberi makan,” kata Arman dari Jejak Pulang.
Dari pengamatan liputan6.com saat melintas di jalur tersebut, puluhan beruk tiba berhamburan ke jalan. Hal ini dipicu salah satu mobil yang melintas melempar sesuatu yang disangka beruk itu makanan.
Beberapa beruk nyaris tertabrak kendaraan jika pengendara tak segera mengurangi lanjutan kendaraan. Nantinya beruk akan semakin agresif meminta makanan.
“Ini yang kita khawatirkan dan bisa menimbulkan kecelakaan,” kata Arman.
Advertisement