Liputan6.com, Semarang - Ada program khusus yang digelar Universitas Negeri Semarang (UNNES) dalam rangkaian Dies Natalis ke-58 mereka, tahun ini. Dari total 40 kegiatan yang dihelat sejak Maret 2023, ada satu yang dimaksudkan untuk menambah pengetahuan dan kemampuan dari mahasiwa, "Kuliah Pakar", namanya.
Program ini digelar secara serentak oleh sembilan fakultas kampus yang berlokasi di Sekaran, Gunungpati, Semarang ini, Kamis (8/6). Temanya tentu saja beragam, berkaitan dengan materi kuliah yang diajarkan di fakultas masing-masing.
Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNNES, misalnya, mengangkat tema "Eksplorasi Jurnalistik Digital dan Kajian Asia Tenggara: Tantangan dan Peluang". Sebagai narasumber, dihadirkan Prof. Dr. Hanafi bin Hussin, Dekan Fakultas Creative Arts Universitas Malaya, Malaysia dan Edu Krisnadefa, Managing Editor Liputan6.com.
Advertisement
Kuliah pun berlangsung seru. Tidak hanya dua narasumber yang melulu berbicara dan mempresentasikan materi. Sejumlah peserta dan mahasiswa juga antusias mengajukan pertanyaan berkaitan dengan jurnalistik digital.
Muhammad Luthfi, misalnya. Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab ini bertanya kepada Edu, apakah artikel listikel merupakan produk jurnalistik. Soal peluang pekerjaan, dia juga bertanya, mana lebih menjanjikan menjadi content creator atau jurnalis.
Edu lalu menjelaskan, bahwa produk jurnalistik secara bakunya adalah news (berita) dan views (opini). Dari news lahirlah bentuk-bentuk berita seperti straight news, hard news, investigative news, dan lainnya. Sementara turunan dari views, bisa berbentuk kolom, editorial, atau tajuk rencana. Di luar itu, masih ada feature yang merupakan karangan khas.
"Artikel listikel hanya format yang belakangan berkembang di media digital, untuk menarik pembaca. Artikel listikel biasanya berbentuk daftar atau rangkaian dari sebuah item yang diketengahkan," ujar Edu.
Kreator Konten atau Jurnalis?
Sementara untuk pertanyaan kedua, Edu menyebut itu tergantung minat dari yang bersangkutan. "Yang jelas profesi kreator konten saat ini memang sedang tren dan menghasilkan. Sedangkan jurnalis adalah profesi yang sudah berumur ratusan tahun, jadi sudah baku," Edu melanjutkan.
Yang membuat diskusi makin seru, Prof. Hanafi tidak hanya memaparkan materi yang bersifat ilmiah, melainkan juga ikut memotivasi mahasiswa agar menuntut ilmu setinggi mungkin.
"Waktu zaman saya dulu, zaman Pak Edu, S1 mungkin sudah cukup. Tapi, sekarang, S1 tidaklah cukup. Untuk mendapat kesempatan yang lebih baik, perlu S2. Untuk dapat yang lebih baik lagi, perlu S3," ujar Prof Hanafi, dengan logat Melayunya.
Tiga Pilar Konservasi
Sebelumnya, saat memberikan sambutan, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni UNNES, Dr. Tommi Yuniawan, M.Hum, menjelaskan tentang kristalisasi dan nilai-nilai konservasi yang disusun UNNES dan terdiri dari tiga pilar: (1) nilai dan karakter, (2) seni dan budaya, (3) sumber daya alam dan lingkungan.
"Jadi, konservasi itu tidak sekadar fisik, tidak hanya secara lingkungan, tetapi terkait juga dengan nilai dan karakter. Nah, fakultas kita memperkuat pilar yang kedua," ujar Pak Dekan.
UNNES memang sudah sejak tahun 2010 mendeklarasikan diri sebagai Universitas Konservasi. Dan, ketiga pilar di atas menjadi acuan mereka dalam proses perkuliahan.