Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo dikabarkan kesal karena penanganan stunting di Indonesia masih belum optimal sementara anggaran stunting lebih banyak digunakan untuk perjalanan dinas dan rapat. Padahal, sebelumnya Jokowi telah menargetkan penurunan angka stunting hingga 2024 harus mencapai 14%.
Baca Juga
Advertisement
Kira-kira kenapa stunting ini membuat Presiden Jokowi kesal? Yuk, simak ulasan lengkap tentang isu kesehatan global yang satu ini.
Menurut World Health Organization (WHO), stunting adalah gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai. Seorang anak dikatakan stunting jika tinggi badannya menurut umurnya lebih dari dua standar deviasi di bawah standar pertumbuhan anak.
Sampai saat ini, angka stunting di Indonesia masih terbilang sangat tinggi. Pada 2022 lalu tercatat, kasus stunting di Indonesia mencapai 24,4% dari total 23 juta anak balita.
Pencegahan dan penurunan angka stunting di Indonesia menjadi perhatian bagi seluruh elemen agar berperan aktif memerangi stunting di Indonesia. Hingga penting untuk mengetahui penyebab, gejala serta langkah pencegahan stunting.
Penyebab Stunting
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebutkan, stunting disebabkan oleh dua faktor, yaitu genetik dan hormonal. Selain disebabkan oleh genetik, stunting juga dapat disebabkan oleh lingkungan.
Kondisi lingkungan menjadi salah satu aspek yang berperan dalam kasus stunting, termasuk di antaranya status gizi, pola pemberian makan anak, kebersihan lingkungan. Namun kondisi tersebut masih dapat diintervensi untuk mengatasi stunting.
Yang menjadi catatan penting dan perlu diingat, sebagian besar penyebab stunting adalah kurangnya asupan gizi. Ini termasuk asupan mineral dan vitamin, sumber protein dan pangan hewani, yang berlangsung sejak janin masih dalam kandungan hingga kehidupan anak pada 1.000 hari pertama setelah lahir.
Advertisement
Faktor Risiko Stunting
- Berat badan ibu yang tidak bertambah selama hamil.
- Kurangnya edukasi tentang stunting.
- Kurangnya akses ke layanan kesehatan.
- Hidup di lingkungan dengan sanitasi yang buruk dan akses air bersih tidaklah mudah.
- Tidak mendapat ASI eksklusif sejak lahir.
- Tidak mendapatkan nutrisi yang cukup.
- Menderita penyakit yang mengganggu penyerapan nutrisi.
Gejala Stunting
- Gejalanya juga terlihat pada anak-anak yang lebih pendek untuk usia mereka.
- Berat badan rendah.
- Pertumbuhan tulang lambat.
- Batuk kronis.
- Demam.
- Sesak napas.
- Clubbing fingers atau pembengkakan ujung ruas jari dan bantalan kuku.
Advertisement
Mencegah Stunting
1. Penuhi Kebutuhan Nutrisi
Langkah-langkah pencegahan stunting termasuk memastikan nutrisi yang cukup dimulai dengan kehamilan. Institusi kesehatan menganjurkan agar ibu hamil selalu mengonsumsi makanan yang bergizi dan sehat serta mengonsumsi suplemen sesuai anjuran dokter.
2. Asupan ASI Eksklusif
Pemberian ASI eksklusif berpotensi menurunkan kemungkinan stunting pada anak berkat kandungan zat gizi mikro dan makro yang cukup. ASI juga mengandung protein dan kolostrum yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Ibu menyusui disarankan untuk tetap memberikan ASI selama 6 bulan.
3. Dampingi ASI dengan MPASI
MPASI merupakan makanan pendamping ASI yang biasanya diberikan untuk bayi berusia 6 bulan. Asupan gizi tambahan ini juga sangat direkomendasikan oleh WHO.
Pastikan, untuk memilih makanan MPASI yang dapat memenuhi nutrisi tambahan selain ASI.
4. Pemantauan Tumbuh Kembang Anak
Ibu juga penting memantau tumbuh kembang anak-anak, terutama berdasarkan tinggi dan berat badan. Bawa anak-anak ke Posyandu atau klinik secara berkala.
Penting untuk diingat, gejala awal stunting dan penanganannya akan lebih mudah diketahui dengan memastikan anak mendapatkan imunisasi lengkap.
5. Menjaga Kebersihan Lingkungan
Perlu diketahui bahwa anak-anak sangat rentan terhadap penyakit, apalagi jika lingkungannya kotor. Faktor ini secara tidak langsung meningkatkan stunting pada anak.
Pastikan untuk menciptakan lingkungan yang sehat untuk menghindari kasus stunting.