Sukses

Kemenag Garut Kampanyekan Kampung Moderasi Menjelang Pemilu 2024

Masyarakat lebih bijak cara pandang beragama, tidak ekstrim, tidak merasa paling benar orang lain orang lain salah, orang lain kafir.

Liputan6.com, Garut - Kementerian Agama (Kemenag) Garut, Jawa Barat, terus mengkampanyekan kampung moderasi atau kampung moderat, menjelang datangnya momen kampanye pemilihan umum (pemilu) 2024 mendatang.

“Ada dua kampung yang kami launcing menjadi kampung moderasi yakni Kampung Ciwalen, Garut Kota dan Kampung Cangkuang, Kecamatan Leles,” ujar Kepala Kemenag Garut Cece Hidayat, Kamis (15/6/2023).

Menurut Cece, pembentukan kampung moderasi dinilai penting untuk menciptakan kondisi kondusif di tengah keberagaman agama, budaya yang berkembang di masyarakat.

“Dua kampung tadi dengan berbagai pertimbangan agama dan budayanya, saya nilai memenuhi menjadi kampung moderasi,” kata dia.

Wilayah kampung Ciwalen, Kecamatan Garut Kota dinilai menjadi salah satu barometer keberagaman umat muslim dan non muslim terutama etnis Tionghoa, tetap eksisi menjaga keberagaman dengan baik.

Sementara kampung Cangkungan di kecamatan Leles, tempat berdirinya Candi Cangkuang, menjadi cermin keberagaman muslim dengan masyarakat hindu-budha dan aliran kepercayaan masyarakat sekitar.

“Dengan hadirnya kampung moderasi itu diharapkan masyarakat lebih moderat,” kata dia.

Cece menyatakan, kemampuan masyarakat saling menghargai dan menghormati di tengah keberagaman agama, suku, ras dan lainnya sesama warga negara, menjadi sebuah modal untuk menjaga keutuhan bangsa.

“Masyarakat lebih bijak cara pandang beragama, tidak ekstrim, tidak merasa paling benar orang lain orang lain salah, orang lain kafir,” kata papar dia.

Dengan upaya itu, ancaman disintegrasi bangsa yang bersumber dari faham sesat, terutama pemikiran radikal yang memandang rendah agama dan pemeluk agama lain, mampu dihindari sejak dini.

“Masyarakat lebih bijak cara pandang beragama, tidak ekstrim, tidak merasa paling benar orang lain orang lain salah, orang lain kafir,” kata papar dia.

Dengan hadirnya kampung moderasi ujar dia, kondusifitas masyarakat Garut yang terkenal heterogen sejak dulu, mampu dijaga dengan baik, terutama menjelang datangnya momen pemilu 2024 mendatang.

“Biarkanlah perbedaan agama dalam bingkai satu bangsa negara Indonesia, ayo kita bersama-sama membangun kebersamaan dan menciptakan persamaan bukan perbedaan,” ajak dia dengan bijak.

2 dari 2 halaman

Tiga Tantangan Moderasi

Kepala Kejari Garut Halila Rama Purnama mengatakan, keragaman suku, ras, budaya, bahasa, maupun agama, merupakan suatu kekayaan dan potret pluralisme Indonesia.

“Kebhinekaan ini menjadi identitas penting ke-Indonesian yang harus dijaga oleh seluruh masyarakat Indonesia,” kata dia.

Ada tiga tantangan yang harus dihadapi dalam mempertahankan sikap moderat warga negara dalam mempertahankan keutuhan bangsa. “Pertama, berkembangnya cara pandang, sikap dan praktik beragama berlebihan (ekstrem) yang mengesampingkan martabat kemanusiaan,” kata dia.

Kedua, berkembangnya klaim kebenaran subjektif dan pemaksaan kehendak atas tafsir agama serta pengaruh kepentingan ekonomi dan politik berpotensi memicu konflik.

“Ketiga, berkembangnya semangat beragama yang tidak selaras dengan kecintaan berbangsa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia,” ujar dia mengingatkan.