Liputan6.com, Langkat Ekowisata Batu Katak di Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat menyimpan berbagai aneka ragam keindahan alam. Salah satunya bunga bangkai amorphophallus dan raflesia, yang banyaktumbuh di areal hutan kawasan wisata ini.
Jika selama ini banyak wisatawan yang mengunjungi Bukit Lawang untuk melihat satwa endemik Pulau Sumatera, yaitu orang utan sumatera, di Ekowisata Batu Katak wisatawan lebih mudah menemukan amorphophallus dan raflesia.
Di lokasi wisata yang berdampingan dengan kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) ini memiliki daya pikat tersendiri bagi wisatawan saat berkunjung ke Sumatera Utara (Sumut), terutama dari mancanegara.
Advertisement
Baca Juga
Ekowisata Batu Katak juga menawarkan keindahan hutan tropis dengan aliran sungai yang jernih. Juga keberadaan tanaman langka asli Pulau Sumatera, bunga raflesia dan amorphophallus.
Selama ini, kedua tanaman endemik yang kerap disebut sebagai bunga bangkai itu memberikan nilai tersendiri bagi eksistensi Ekowisata Batu Katak, sehingga membuatnya berbeda dengan objek wisata lain di Sumut.
"Bunga raflesia dan amorphophallus tumbuh hampir sepanjang tahun. Lebih banyak ditemui bila memasuki musim hujan. Bunganya mekar pada waktu tertentu, terutama bulan 5 (Mei) sampai 9 (September)," kata Pemandu Wisata Batu Katak, Darma Surbakti saat berbincang dengan Liputan6.com, Jumat (16/6/2023).
Â
Tidak Mekar Setiap Saat
Dijelaskan Darma, meski tumbuh sepanjang tahun, kedua bunga bangkai ini tidak mekar setiap saat. Wisatawan yang hendak menyaksikan keindahan dan pesona tanaman ini perlu mengetahui terlebih dahulu waktu bunga akan mekar, untuk mendapatkan momen tepat.
Sekitar 2018 lalu, dikatakan Darma, pihaknya bersama mahasiswa pernah melakukan penelitian di areal hutan untuk mengetahui populasi amorphophallus. Hasilnya, saat itu ditemukan 1.000 lebih titik tumbuhnya bunga bangkai tersebut.
"Ukurannya, ada yang berbentuk tunas, sudah jadi batang, juga ada yang sedang mekar," jelasnya.
Selain bunga raflesia dan amorphophallus, di kawasan Ekowisata Batu Katak juga kerap dijumpai keberadaan orang utan sumatera. Bisanya, satwa ini dapat dijumpai ketika wisatawan melakukan treking di hutan.
"Tapi, kita enggak garansi bisa jumpa atau enggak. Kalau beruntung jumpa, kalau tidak, ya tidak," Darma menegaskan.
Advertisement
Geliat Pariwisata Mulai Bangkit
Ketua Lembaga Pariwisata Batu Katak, Tetap Ukur Ginting menuturkan, geliat pariwisata Ekowisata Batu Katak sempat turun saat pandemi Covid-19, bahkan sempat tidak ada wisatawan yang berkunjung.
Namun, saat ini, kunjungan wisatawan mulai ramai, meskipun jumlahnya tidak seperti sebelum pandemi Covid-19. Wisatawan yang mulai datang ada domestik dan mancanegara, seperti dari Belanda, Jerman, Prancis, Australia, dan lainnya.
"Asia juga banyak, ada yang dari Jepang, Taiwan. Mereka banyak yang ingin melihat amorphophallus dan raflesia, juga orang utan sumatera," sebutnya.
Â
Pesona Lain di Ekowisata Batu Katak
Di Ekowisata Batu Katak, wisatawan juga dapat rafting menyusuri Sungai Berkail serta menjelajah beberapa goa, seperti Goa Air, Goa Bayak, Goa Jodoh, Goa Pupuk Mentar, Goa Batu Rijal, Goa Pintu Angin, dan Goa Mbelin.
Bagi wisatawan yang memiliki ketertarikan aktivitas wisata di alam bebas, seperti berpetualang dan berkemah, atau sekadar hanya bersantai bersama keluarga menikmati kesejukan udara tanpa polusi, kawasan ini sangat cocok dikunjungi.
Soal jarak, dari Kota Medan menuju Ekowisata Batu Katak sekitar 2,5 jam menggunakan transportasi darat. Biasanya, banyak juga pelaku wisata menyediakan transportasi khusus menuju Ekowisata Batu Katak.
Advertisement