Sukses

Jalan-Jalan ke Radya Pustaka Solo, Museum Tertua di Indonesia 

Tak hanya sebagai destinasi wisata, museum ini juga bisa dijadikan lokasi yang tepat untuk mengenal sejarah.

Liputan6.com, Solo - Museum Radya Pustaka berlokasi di Jalan Slamet Riyadi Nomor 275, Sriwedari, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta. Museum ini memiliki nama lain, yaktu Lodji Kadipolo.

Mengutip dari surakarta.go.id, museum ini merupakan museum tertua di Indonesia. Tak hanya sebagai destinasi wisata, museum ini juga bisa dijadikan lokasi yang tepat untuk mengenal sejarah.

Pengunjung bisa melihat banyak koleksi budaya di tempat ini. Terdapat naskah-naskah kuno yang berkaitan dengan perjuangan, kerajaan, serta sejarah Kota Solo.

Museum Radya Pustaka dibangun pada masa pemerintahan Pakubuwono IX oleh Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV pada 28 Oktober 1890. Namun, keberadaan museum ini telah mengalami pemindahan dari satu lokasi ke lokasi lainnya.

Dahulu, lokasi Museum Radya Pustaka yang sekarang merupakan sebuah rumah kediaman seorang warga Belanda, Johannes Busselaar. Karena merupakan bekas hunian pribadi, maka tata ruang museum ini berbeda dengan museum pada umumnya.

Museum ini masih tetap mempertahankan tata ruangan asli dari hunian sebelumnya. Sementara, beberapa bagian hanya mengalami sedikit perubahan.

 

2 dari 2 halaman

Raden Ngabehi Ranggawarsita

Saat berkunjung ke Museum Radya Pustaka, para wisatawan akan disambut sebuah patung dada Raden Ngabehi Ranggawarsita.

Pada bagian depan dan belakangnya, terdapat sebuah prasasti bertuliskan aksara Jawa. Memasuki serambi museum, pengunjung akan menemukan beberapa meriam peninggalan VOC pada abad ke-17 dan ke-18.

Masuk ke bangunan museum, pengunjung akan disuguhi dengan berbagai jenis senjata, atribut pakaian keraton, dan berbagai jenis topeng. Selain itu, ada juga senapan peninggalan VOC. Beralih ke ruangan kedua, yaitu ruang Tosan Aji atau ruang logam berharga, terdapat berbagai senjata yang terbuat dari material logam dan arca. Selain itu, ada juga miniatur-miniatur rumah joglo.

Pada ruangan ketiga, terdapat berbagai jenis keramik. Mayoritas keramik yang disimpan di ruangan ini merupakan peninggalan masa penjajahan Belanda.

Adapun pada ruangan keempat merupakan sebuah perpustakaan yang memiliki koleksi buku-buku berbahasa Belanda dan Jawa. Namun, ada juga beberapa koleksi buku berbahasa Indonesia. Ruangan kelima dari museum ini merupakan ruangan yang menyimpan berbagai koleksi berbahan perunggu, seperti patung dan gamelan. Sementara di ruang keenam merupakan ruang etno, salah satunya gamelan agung  milik Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV.

Pada salah satu ruangan di museum ini juga terdapat berbagai jenis wayang, mulai dari wayang purwa, wayang gedog, wayang madya, wayang klithik, wayang suket, dan wayang beber, hingga wayang nang dari Thailand.

Beralih ke ruangan ketujuh, terdapat ruang Rajamala. Tampak hiasan patung karya Pakubuwono V, yakni bagian depan perahu yang diambil dari sosok raksasa penguasa laut. Perahu tersebut digunakan untuk menjemput permaisuri Pakubuwono IV.

Pada ruangan terakhir di bagian belakang Museum Radya Pustaka, terdapat maket makam raja-raja Imogiri. Selain itu juga terdapat berbagai arca.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak