Liputan6.com, Jakarta - Dalam hal ekonomi, Indonesia pernah memiliki konsep nasional semesta berencana yang digaungkan oleh Bung Karno dan saat ini diterjemahkan menjadi nawacita Presiden Jokowi. Kemajuan pembangunan yang dicapai oleh Presiden Jokowi telah membawa rakyat Indonesia ke dalam optimisme.
Oleh karena itu, jika legacy pembangunan era Presiden Jokowi dilanjutkan oleh seorang pemimpin yang mempunyai visi dan karakter yang kuat dan berani, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai angka 8% bukanlah sekadar angan-angan belaka.
Hal ini disampaikan oleh Wakil Ketua Komisi VI DPR, Aria Bima dalam Podcast "Bung Karno Series 3" yang dipandu Aris Setiawan Yodi di chanel Youtube BKN PDI Perjuangan pada Rabu (28/6/2023).
Advertisement
"Saya sangat yakin pertumbuhan ekonomi kita tidak hanya 5 persen, ke depan saya yakin pertumbuhan ekonomi kita mampu mencapai 8 persen atau 9 persen setiap tahunnya," jelasnya.
Hal ini bukanlah sekedar mimpi, tetapi hal yang dapat dikalkulasikan secara realistis untuk menjadi negara maju. Kita akan memiliki PDB yang termasuk dalam 4 tertinggi dunia.
Bima menuturkan tentang bagaimana jalannya pemerintahan sebelum Presiden Jokowi. Jakarta dan Pulau Jawa itu diibaratkan sebagai lokomotif untuk menarik peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Konsepsi Nawacita atau Pembangunan Indonesia-sentris Presiden Jokowi telah meletakkan fondasi berupa pembangunan infrastruktur yang merata di setiap daerah.
"Saat ini di wilayah Indonesia Timur misalnya. Daerah yang memiliki mineral nikel, mengalami pertumbuhan ekonomi mencapai 17 persen pertahunnya, itu adalah modal penting agar adanya optimisme pertumbuhan ekonomi setiap daerah," ujarnya.
Bima menceritakan bahwa Indonesia ini seharusnya sudah maju sejak lama. Setelah melewati segala konsolidasi politik ekonomi dan ideologi, konsep awal gagasan pembangunan yang dibangun Bung Karno melalui Ketetapan MPRS No. II/MPRS/1960 tentang Garis-Garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahapan Pertama 1961-1969.
Awal tahapan proses nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing, Bima menambahkan, ini adalah awal bagaimana BUMN sebagai sumber pemasukan negara.
Selain itu Bung Karno juga memiliki gaya kepemimpinan yang ideologis teknokratik, dimana orang-orang pintar disekolahkan di luar negeri terlebih dahulu agar nantinya menjadi aset bangsa ke depan. Karena menurut Bung Karno bangsa ini harus memiliki arah yang jelas, tidak hanya atas dasar common sense.
“Kalau konsepsi pembangunan semesta berencana dengan ideologi Pancasila dulu dijalankan dengan baik. Tiongkok bisa menjadi negara super power. Indonesia bisa menjadi negara super super power,” tutur politisi senior Fraksi PDI Perjuangan itu.
Bima berusaha mengimplementasikan pemikiran Bung Karno ini. Salah satunya melalui regulasi Gula, kita tidak dapat sepenuhnya menyerap standar internasional. Menurutnya apabila kita menerapkan aturan tersebut, maka pabrik-pabrik gula di Indonesia akan tutup karena tidak mampu memproduksi sesuai standar.
Jadi Komisi VI membagi regulasi menjadi 2, ada gula industri yang sesuai standar internasional dan juga gula konsumsi yang digunakan sehari-hari. Kebijakan ini diambil untuk melindungi kepentingan dalam negeri dan di lain sisi juga tetap dapat bersaing di kancah internasional.