Sukses

Kisah Inspiratif Penyandang Difabel Ikut Seleksi Calon Bawaslu Serdang Bedagai

Bagi Ahmad Faury, kesuksesan penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan tanggung jawab semua anak bangsa. Termasuk dari kalangan penyandang disabilitas.

Liputan6.com, Serdang Bedagai Bagi Ahmad Faury, kesuksesan penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan tanggung jawab semua anak bangsa. Termasuk dari kalangan penyandang disabilitas.

Menurut Ahmad Faury, seorang difabel, penyandang disabilitas menjadi elemen penting bagi terselenggaranya pesta demokrasi.

Hal itu disampaikannya seusai mengikuti tahapan seleksi calon Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara (Sumut), Selasa (4/7/2023).

Faury, begitu dia disapa, mengaku keikutsertaannya dalam seleksi Bawaslu Serdang Bedagai adalah bagian dari perjalanan hidup.

"Awalnya kita diskusi dengan senior dan kawan-kawan yang banyak berkecimpung di dunia politik dan penyelenggaraan Pemilu. Kebetulan saya banyak menggagas diskusi-diskusi inspirasi," ucapnya.

 

2 dari 3 halaman

Berangkat dari Hasil Diskusi

Berangkat dari diskusi-diskusi yang dilakukan, Faury kemudian mengetahui tidak ada larangan bagi difabel dalam keikutsertaan calon komisioner penyelenggara Pemilu.

"Bahkan, regulasi juga tidak melarang, makanya dengan Bismillah saya mendaftarkan diri. Ngurus berkas, Alhamdulillah lancar dalam kepengurusan berkas pendaftaran," kata pria kelahiran Desa Pematang Guntung, Teluk Mengkudu, Serdang Bedagai tersebut.

Faury kembali menegaskan, kesuksesan penyelenggaraan dan pengawasan Pemilu juga merupakan tanggung jawab bagi seorang difabel.

"Tidak hanya tanggung jawab orang normal, tapi juga kalangan difabel. Kita tidak bisa berpangku tangan dengan Pemilu nanti," ungkap dosen UIN Sumut itu.

Faury berharap, niatannya bisa membuahkan hasil yang positif. "Semua orang akan maksimal dalam segala niatannya. Insya Allah ada jalan yang baik," ujarnya. 

3 dari 3 halaman

Patut Dicontoh

Semangat Ahmad Faury pantas dicontoh. Meski dilahirkan dengan fisik tak sempurna, anak nelayan dari keluarga tak mampu ini pantang menyerah mengejar pendidikan tinggi hingga menjadi seorang akademisi.

Ahmad Faury lahir di Dusun I Desa Pematang Guntung, Teluk Mengkudu, Serdang Bedagai, Sumut pada 11 Oktober 1983. Bungsu dari 7 bersaudara ini buah cinta pasangan Satrak (alm) dan istrinya, Ismaini (almh). 6 saudaranya meninggal dunia sebelum dewasa.

Sejak dilahirkan, kondisi fisik Ahmad Faury jauh dari sempurna. Kedua lengannya tanpa tangan dan jari. Kedua kakinya juga buntung sebatas betis.

Fisiknya yang tidak sempurna tidak lantas membuat Ahmad Faury terus berkecil hati. Justru dia banyak memberi inspirasi bagi orang banyak.

"Bersyukur saja. Semakin saya berinteraksi dengan orang, mudah-mudahan orang lain semakin bersyukur," Faury menandaskan.