Sukses

RS Premier Jatinegara Luncurkan Eyecentric Clinic

Pelayanan yang ditawarkan meliputi operasi katarak, gangguan retina, glaukoma, tumor mata, dry eye clinic, dan lensa kontak klinik.

Liputan6.com, Jakarta - RS Premier Jatinegara (RSPJ) kembali membuka layanan baru yaitu Eyecentric Clinic, layanan dari Spesialis dan Subspesialis Mata di RSPJ, yang akan memberikan perawatan mata yang komprehensif dan memungkinkan pasien untuk mencapai dan mempertahankan penglihatan yang tepat.

Pelayanan yang ditawarkan meliputi operasi katarak, gangguan retina, glaukoma, tumor mata, dry eye clinic, dan lensa kontak klinik.

Chief Executive Officer dari RSPJ, dr Susan Ananda menyampaikan pelayanan Eyecentric menawarkan solusi diagnostik, perawatan, manajemen dan rekonstruksi untuk semua kondisi mata pasien.

"Kami memahami pentingnya memiliki visi yang jelas dan tajam. Kami tahu bagaimana melindungi penglihatan anda dan mendorong kesehatan mata secara keseluruhan karena kami memiliki ahli dan teknologi dalam menjaga kesehatan mata," ujarnya.

RSPJ berkomitmen untuk menjaga kualitas pelayanan demi keselamatan pasien agar selalu mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Ia harapkan dapat memberikan kemudahan akses layanan kesehatan yang tepat bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Ketua Tim Layanan Eyecentric Clinic RSPJ dr. Amir Shidik, mengatakan Eyecentric merupakan merek dagang milik Ramsay Sime Darby Health Care (RSDH) sehingga seluruh jaringan rumah sakit RSDH memiliki nama klinik mata yang sama.

"Tiga dari empat rumah sakit RSDH di Malaysia sudah memiliki Eyecentric Clinic, sedangkan di Indonesia RSPJ merupakan rumah sakit RSDH pertama yang membuka layanan ini," jelasnya.

Berdasarkan data nasional Survei kebutaan Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) tahun 2014-2016 Kemenkes dengan sasaran populasi usia 50 tahun ke atas diketahui bahwa angka kebutaan mencapai 3 persen dan katarak merupakan penyebab kebutaan tertinggi yakni 81 persen.

Pada situs ini perwakilan dari Perhimpunan Spesialis Mata Indonesia juga mengatakan bahwa di Indonesia dengan populasi pada tahun 2017 terdapat 8 juta orang dengan gangguan penglihatan. Sebanyak 1,6 juta orang buta ditambah dengan 6,4 juta orang dengan gangguan penglihatan sedang dan berat.

Dari jumlah tersebut sebanyak 81,2 persen gangguan penglihatan disebabkan oleh katarak. Penyebab lainnya adalah refraksi atau glaukoma, atau kelainan mata yang berhubungan dengan diabetes.

 

Â