Liputan6.com, Jakarta - Sekitar 40 juta petani Indonesia tengah menghadapi tantangan dalam hal produktivitas dan kualitas hasil panen yang rendah. Mereka menggantungkan hidupnya pada pertanian.
Namun, di tengah tantangan tersebut, Sariah, seorang petani kecil dari Serang, Banten, justru berhasil meningkatkan hasil panennya hingga mampu menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi.
Sariah adalah seorang ibu tunggal dengan tiga anak. Dua dari tiga anaknya sudah bekerja, tetapi Sariah masih membiayai kuliah anak bungsunya. Dia selalu bermimpi untuk bisa menyekolahkan semua anaknya, namun tantangan dalam bertani membuatnya sulit mencapai tujuan ini.
Advertisement
Lahan pertanian yang dimiliki oleh Sariah menjadi sumber utama penghasilan bagi Sariah dan keluarganya. Sariah juga sering menghadapi masalah hama dan penyakit, yang dapat merusak hasil panennya. Selain itu, harga beras yang tidak menentu membuatnya sulit untuk mendapatkan keuntungan dari pertaniannya.
Meskipun menghadapi tantangan tersebut, Sariah bertekad untuk berhasil. Dia bekerja keras untuk meningkatkan metode bertani dan selalu mencari cara baru untuk mengatasi tantangan tersebut, salah satunya melalui penerapan inovasi teknologi dalam pertanian.
Sariah pertama kali mengenal inovasi teknologi dalam membantunya bertani melalui program yang diinisiasi Bayer, yaitu Bayer untuk Indonesia (BISA). Melalui program ini, Sariah mengaku mendapatkan pendampingan yang berguna bagi dirinya dalam meningkatkan produktivitas pertanian.
"Saya merasakan dampak yang sangat luar biasa karena pendampingan yang sangat intensif. (Tim Bayer) memberikan motivasi dan arahan kepada saya, sehingga saya dapat terapkan sesuai dengan keinginan saya. Sehingga, hasil panen yang saya rasakan dari tahun ke tahun itu selalu meningkat," ujar Sariah dalam konferensi pers Bayer Science for Better di Jakarta (27/6/2023).
Inovasi teknologi Bayer di bidang pertanian seperti teknologi pengendalian hama yang efisien, telah membantu Sariah meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil panen. Selain itu, teknologi perlindungan tanaman dari hama dan penyakit dari Bayer juga membantunya mengurangi risiko gagal panen.
Hasil panen di sawahnya meningkat secara signifikan dan kualitas padi yang dihasilkan melebihi rata-rata petani lainnya. Untuk meningkatkan penghasilan, Sariah juga secara gigih mengelola Better Life Farming Center (BLFC) atau kios cerdas pertanian yang menjadi salah satu unit unggulan dalam program BISA.
Meskipun telah menjadi seorang petani dan pemilik BLFC yang sukses, Sariah mengungkapkan bahwa ia merasa belum puas apabila petani lainnya belum merasakan peningkatan seperti yang dirinya rasakan.
Sehingga dengan pengetahuan yang telah didapatkan, Sariah aktif memberikan penyuluhan kepada para petani lainnya terkait penyakit / hama padi, perawatan tanaman dengan teknologi Bayer.
"Saya ingin teman-teman petani lainnya merasakan apa yang saya rasakan, (yaitu) hasil panen meningkat, memiliki kualitas hidup yang lebih baik, dan kualitas panen yang jadi lebih baik juga," ujarnya.
Sariah menjadi salah satu petani binaan Bayer dalam program BISA yang telah diinisiasi sejak 2020 dan telah memberikan manfaat kepada sekitar 850.000 petani di seluruh Indonesia.
Â
Â
#JadiLebihBaik Melalui Sains dan Teknologi
Selama lebih dari 150 tahun, Bayer, perusahaan global dengan kompetensi di bidang Life Science terkait kesehatan dan pertanian, menjadikan sains dan teknologi sebagai akar dari berbagai solusi yang dihadirkan.
Bayer Head of Field Solution South East Asia & Pakistan, Kukuh Ambar Waluyo, mengatakan saat ini penelitian dan teknologi di bidang pertanian sudah sangat maju dengan penggunaan teknologi digital, bioteknologi, hingga penggunaan artificial intelligence.
"Bayer telah mengembangkan sejumlah inovasi baru di bidang pertanian, seperti pengembangan benih unggul hibrida dan bioteknologi, teknologi pengendalian hama dan penyakit yang lebih efisien dan terjangkau, hingga solusi pertanian yang berkelanjutan salah satunya penggunaan drone pertanian - yang semuanya berbasis dari penelitian sains dan pemanfaatan teknologi," katanya.
Secara global pada 2022, Bayer mengeluarkan biaya R&D sebesar 6,5 Miliar Euro atau 106 Triliun Rupiah, dan mempekerjakan 16.200 ilmuwan di seluruh dunia.
Head of Communication, Public Affairs, Science and Sustainability Bayer Indonesia Laksmi Prasvita mengungkapkan di Bayer pihaknya percaya bahwa sains dan teknologi memainkan peran penting dalam menjawab berbagai tantangan kehidupan, karenanya secara konsisten kami mendedikasikan sumber daya untuk sains.
"Semua ini kami lakukan dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup umat manusia. Inilah mengapa, kami ingin menyebarluaskan semangat #JadiLebihBaik melalui sains dan teknologi kepada lebih banyak orang, sebagai pengejawantahan dari misi global kami #ScienceforBetter," sebutnya.
Melalui semangat #JadiLebihBaik, Bayer berharap semakin banyak petani yang merasa terinspirasi dan bersemangat untuk terlibat dalam pengembangan solusi inovatif yang dapat meningkatkan kualitas hidup mereka, seperti Sariah.
Berkat inovasi teknologi yang dioptimalisasi, kini Sariah mampu mendapatkan penghasilan lebih bagi keluarganya dan mencapai impian untuk menyekolahkan anaknya menjadi sarjana. Selain itu, Sariah juga menjadi inspirasi bagi petani lain dan menjadi contoh nyata bagaimana teknologi dapat membantu petani kecil untuk #JadiLebihBaik.
Advertisement