Sukses

Lorong Supit Urang, Rute Favorit Wisatawan yang Pernah Jadi Jebakan Musuh Saat Perang

Bagi masyarakat Solo, keberadaan Lorong Supit Urang sudah tidak asing lagi dan menjadi salah satu destinasi wisata di Kota Solo yang banyak dikunjungi wisatawan, terutama oleh para wisatawan yang akan berkunjung ke Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Liputan6.com, Solo - Jalan Supit Urang merupakan salah satu jalan di Solo yang mirip sebuah lorong. Hal itu karena jalan tersebut diapit oleh tembok-tembok besar Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, sehingga juga disebut sebagai Lorong Supit Urang.

Lorong Supit Urang menjadi pintu masuk utama menuju Kori Kamandungan. Bagi masyarakat Solo, keberadaan Lorong Supit Urang sudah tidak asing lagi dan menjadi salah satu destinasi wisata di Kota Solo yang banyak dikunjungi wisatawan, terutama oleh para wisatawan yang akan berkunjung ke Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Mengutip dari surakarta.go.id, Lorong Supit Urang adalah sebuah jalan mirip lorong yang makin menyempit. Oleh karena itu, jalan ini hanya diberlakukan satu arah. Sebelum masuk ke ruas jalan tersebut, terdapat gerbang dengan bagian atas berupa plengkung wesi. Tertulis 'Kori Patjikerran' di gerbang tersebut lengkap dengan beberapa tulisan aksara Jawa di atasnya.

Pada ujung ruas Supit Urang, terdapat Kori Patjikerran di sisi barat. Lokasinya tak jauh dari Pasar Klewer.

Sepanjang rute Supit Urang, tidak ada bangunan lain. Jalanan tersebut hanya dihiasi tembok yang tebal dan tinggi.

Rute ini menjadi rute favorit para wisatawan yang akan menuju ke Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Tak jarang, mereka akan menyusuri jalanan tersebut dengan berjalan kaki.

Sementara itu, nama 'Supit Urang' diambil dari bahasa Jawa 'supit' dan 'urang'. Supit berarti jepit atau penjepit, sementara urang berarti udang.

Nama tersebut sesuai dengan bentuk ruas Jalan Supit Urang yang mirip penjepit udang. Bentuk tersebut tak lepas dari strategi perang pada zaman dulu.

Pada masa peperangan, saat musuh akan masuk ke keraton Kasunanan Surakarta, mereka akan terjebak di area Supit Urang yang sempit. Hal itu akan memudahkan penyerbuan musuh. Sebenarnya, istilah supit urang juga pernah dikenal sebagai salah satu taktik atau strategi perang Sudirman saat masih berpagkat Kolonel. Saat berperang melawan sekutu di Ambarawa pada Desember 1945, Sudirman melalukan taktik ini dengan cara memancing pasukan sekutu untuk berkumpul di tengah medan perang.

Pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang pada waktu itu dipimpin oleh Kolonel Sudirman mengepung dari dua arah dan berlapis. Hal itu membuat pasukan sekutu terkepung.

Kawasan jalan ini memang memiliki bentuk yang unik. Jika dirunut dari arah timur, kemudian menyusuri sepanjang ruas jalan Supit Urang di sisi barat, maka bentuknya menyerupai setengah lingkaran atau mirip huruf ‘U’.

Hingga kini, rute tersebut masih menjadi rute favorit para wisatawan untuk menuju ke Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Namun, perlu berhati-hati saat berjalan menelusuri Lorong Supit Urang karena terdapat beberapa kendaraan bermotor yang melintas.

(Resla Aknaita Chak)