Liputan6.com, Palangka Raya - Aini Abdul, atau yang kerap dipanggil Aini, adalah perempuan suku Dayak dari Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah yang telah berkiprah lebih dari satu dekade di dalam pemberdayaan masyarakat desa melalui bisnis berkelanjutan dan literasi. Terlahir dari keluarga nelayan dan petani, Aini yang hidup dalam kesederhaanaan bertekad untuk mendapatkan kehidupan yang sejahtera melalui pendidikan yang lebih baik.
Kendati sempat tertatih-tatih untuk menyelesaikan pendidikannya di bangku kuliah karena keterbatasan ekonomi keluarganya, dia tidak merasa putus asa. Berbagai usaha ia lakoni untuk dapat meraih gelar sarjana, mulai dari berjualan makanan hingga menjadi penerjemah dan asisten penelitian lapangan.
Setelah mendapatkan gelar sarjana pada tahun 2007, ia mulai bekerja di sebuah perusahaan multinasional yang bergerak di bidang ekowisata. Pekerjaan ini menjadi penghubung pertamanya dengan masyarakat di desa-desa di pinggir Sungai Rungan dan Kahayan, Palangkaraya. Perusahaan pariwisata tempat Aini bekerja dengan merangkul masyarakat desa sebagai mitra.
Advertisement
Pekerjaan ini memberikan kesempatan kepada Aini dalam memahami masalah dan tantangan yang dihadapi oleh warga desa. Ia kemudian memainkan peran penting dalam program pemberdayaan masyarakat di bawah perusahaan tempatnya bekerja.
Saat mengerakkan program literasi dan ekowisata di beberapa desa, Aini melihat bahwa potensi kriya rotan sangat tinggi disana. Sayangnya, karena berbagai keterbatasan kriya rotan indah karya masyarakat belum mendapatkan akses pemasaran. Melalui hubungannya dengan para turis dari dalam dan luar negeri, Ia aktif membantu para perempuan perajin rotan di beberapa desa di kabupaten Kapuas dan Pulang Pisau, sebagai platform untuk menjual hasil kriya rotan mereka.
Setelah sempat vakum sebentar dari dunia pemberdayaan masyarakat, karena harus merawat buah hatinya, di tahun 2019, Aini bertemu kembali dengan teman lamanya, Randi Julian Miranda, di Pulau Dewata. Saat itu, Randi yang baru saja menyelesaikan Pendidikan S-2 nya di Australia, menceritakan tentang rencananya untuk membangun sebuah usaha sosial yang diberi nama Handep.
Handep memiliki visi membangun perekonomian desa di Kalimantan Tengah melalui kriya khususnya kerajinan rotan. Bak gayung bersambut, sama-sama datang dari latar belakang anak desa dan ingin membuat perubahan positif untuk Kalimantan Tengah, Aini pun tertarik untuk menjadi bagian dari Handep.
Baca Juga
Rotan Adalah Kehidupan
Bermodalkan pengalaman bekerja di bidang pemberdayaan masyarakat, Aini menyokong Handep sebagai Chief Community Officer di mana dia memainkan peran penting dalam membangun dan membina hubungan dengan kelompok masyarakat khususnya para perajin dan petani rotan.
"Saya percaya bahwa perempuan adalah pilar terpenting dalam sebuah masyarakat. When you empower a woman, you empower the whole community. Perempuan memainkan peranan penting dalam keluarga dan masyarakat. Perempuan harus mengenyam pendidikan dan berdaya secara ekonomi. Apa yang kami lakukan di Handep sangat mengakar pada pemberdayaan perempuan supaya bisa menjadi agen perubahan,” tutur Aini.
Bertani dan menganyam rotan misalnya, ini merupakan salah satu mata pencaharian yang sangat penting bagi suku Dayak yang ada di pedesaan. Ada ribuan orang yang menggantungkan hidupnya pada rotan. Di kalangan suku Dayak, ada ungkapan “Rotan adalah kehidupan” karena rotan memainkan peranan yang sangat penting dalam tradisi dan kehidupan sehar-hari orang Dayak. Rotan dimanfaatkan untuk peralatan sehari-hari, bahan bangunan, sebagai sumber penghasilan bahkan sajian makanan. Sejak pertengahan abad ke-19 sampai sekarang, rotan telah menjadi komoditas penting bagi suku Dayak.
Oleh karena itu, produk-produk Handep diproduksi dengan memanfaatkan bahan alami berupa rotan yang ketersediannya masih melimpah di Kalimantan dan proses pengerjaan yang ramah lingkungan. Produk akhirnya berupa alsesoris fashion dan dekorasi rumah seperti tas, topi, keranjang, dan aksesoris lainnya.
“Handep sendiri mengusung konsep sustainable fashion yang bertujuan untuk membantu menjaga lingkungan serta pelestarian hutan dan budaya masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah. Masyarakat Dayak Kalimantan Tengah mempunyai tradisi menganyam rotan dengan motif tribal ciri khas Dayak yang sangat unik, potensi inilah yang dikembangkan menjadi produk yang dapat memperkenalkan keunikan dan ciri khas suku Dayak,” jelas Aini.
Untuk setiap pembelian 1 produknya, Handep menanam 1 pohon di hutan masyarakat di desa-desa mitranya. Kami menggunakan konsep bisnis regenerative yang sifatnya sangat holistik dari sisi lingkungan, sosial dan ekonomi.
Saat ini, Handep bermitra dengan kurang lebih 350 pengrajin di desa-desa di Kalimantan Tengah dan Barat. Di tahun 2023, Handep merambah ke kain tenun Dayak di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, untuk mendukung pelestarian menenun suku Dayak Iban dan memberikan kesempatan mata pencaharian yang lebih baik bagi perempuan penenun. Kain Tenun dari suku Dayak Iban ini disulap menjadi pakaian dan juga aksesoris seperti tas.
Handep juga mengajak berbagai pihak untuk berkolaborasi dalam pemberdayaan ekonomi pedesaan dan perempuan. Handep telah bekerja sama dengan pihak lain seperti perusahaan swasta dan NGOs untuk memberdayakan para petani dan perajin di beberapa daerah di Indonesia.
"Kami berharap bisa memperluas dampak kami ke desa-desa lain di Kalimantan dan daerah lainnya di Indonesia agar semakin banyak perempuan yang berdaya dan menjadi pilar kekuatan bangsa. Saya juga berharap semakin banyak anak muda di Indonesia yang mau bergerak membangun desa dan memberdayakan kaum perempuan supaya gerakan ini menjadi lebih kuat dan berdampak luas," tutup Aini.
Advertisement