Sukses

Hujan di Musim Kemarau Picu Longsor di Cilacap, Waspada Anomali Cuaca

Badan Penanggulangan Bencana daerah (BPBD) Cilacap, Jawa Tengah meminta masyarakat di wilayah zona merah longsor dan rawan banjir bandang untuk meningkatkan kewaspadaan seturut terjadinya hujan di musim kemarau

Liputan6.com, Cilacap - Badan Penanggulangan Bencana daerah (BPBD) Cilacap, Jawa Tengah meminta masyarakat di wilayah zona merah longsor dan rawan banjir bandang untuk meningkatkan kewaspadaan seturut terjadinya hujan di musim kemarau akhir-akhir ini.

Sebab, sepekan terakhir telah terjadi setidaknya empat bencana longsor dan satu rumah roboh akibat anomali cuaca ini.

Kepala Seksi Kesiapsiagaan dan Mitigasi Bencana BPBD Cilacap, Gatot Arif Widodo mengatakan, hujan lebat dan angin kencang sepekan terakhir memicu bencana longsor di sejumlah wilayah. Dilaporkan pula, ada satu rumah roboh di Wanareja akibat hujan lebat disertai angin kencang.

Dia menjelaskan, hujan lebat pada musim kemarau berisiko memicu longsor. Sebab, pada musim panas tanah cenderung merekah. Saat terjadi hujan lebat, air akan masuk ke rekahan dan dalam jumlah tertentu bisa menyebabkan longsor.

“Saat hujan musim kemarau ini, memungkinkan terjadinya longsor, yang kedua mungkin terjadi banjir bandang. Untuk yang longsor itu, kita fokuskan pada zona-zona merah longsor," kata Gatot, Selasa (11/7/2023).

 

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Potensi Hujan Lebat

Dia mengklaim pihaknya telah mensosialisasikan bahaya longsor dan banjir bandang di wilayah zona merah. Di antaranya zona pegunungan tengah mulai Kecamatan Karangpucung hingga Dayeuhluhur, dan zona merah kawasan Jerkulegi hingga Sidareja dan Cipari.

"Kita mengingatkan masyarakat, pada wilayah mulai Karangpucung ke barat sampai Dayeuhluhur, kedua dari Jeruklegi ke barat sampai Sidareja. Sampai kemarin itu di Cipari juga ada yang longsor,” ucap dia.

Berdasarkan informasi BMKG, pada dasarian kedua Juli 2023 ini, sejumlah wilayah di Indonesia termasuk Cilacap, berpotensi hujan sedang hingga lebat.

Ada dinamika atmosfer yang menyebabkannya. Di antaranya, aktivitas gelombang Kelvin dan Rossby ekuatorial dan pola belokan dan perlambatan angin di sekitar Laut China Selatan dan Utara Sulawesi yang memicu pertumbuhan awan hujan.