Sukses

Masyarakat Ngada NTT Kini Punya Perpus Keren, Saatnya Bangkitkan Literasi di Timur Indonesia

Gedung layanan perpustakaan umum Kabupaten Ngada baru saja diresmikan berdiri, Rabu (12/7/2023).

 

Liputan6.com, Ngada - Gedung layanan perpustakaan umum Kabupaten Ngada NTT baru saja diresmikan berdiri, Rabu (12/7/2023). Peresmian itu ditandai dengan goretan prasasti dari tangan Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando. 

Bupati Ngada Andreas Paru tampak semringah. Dirinya mengatakan, gedung perpustakaan di Ngada bakal membantu tercapainya cita-cita pembangunan sumber daya manusia Ngada yang unggul, mandiri, dan berbudaya berbasis pertanian pariwisata yang berwawasan lingkungan.

"Sektor pariwisata kami jadikan sebagai lokomotif utama dalam menggerakkan sektor lain yang mendukung perekonomian untuk kesejahteraan," kata Andreas.

Lebih jauh Andreas menjabarkan, ada lima program Pancacita yang dimiliki Kabupaten Ngada untuk periode pembangunan 2021-2026. Mengusung tagline Tantenelaparis, yakni tani, ternak, nelayan, dan pariwisata, Kabupaten Ngada membalutnya dengan filosofi lokal 'Tuka Tuku Teka'.

"Tuka dimaknai sebagai ketahanan pangan. Tuku identik dengan ketersediaan pangan. Dan Teka diartikan menjual," terang Andreas.

Potensi alam dan pariwisata tidak akan mencapai hasil maksimal jika tidak disupport dengan kualitas SDM yang baik. Saat ini, menurut Bupati, angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Ngada merupakan yang terbaik kedua setelah Kota Kupang di wilayah NTT.

"Keunggulan ini salah satunya disebabkan kebiasaan membaca. Maka itu, kehadiran perpustakaan patut dimanfaatkan, termasuk bahan bacaan serta ragam fasilitas yang disediakan," ujarnya.

Keindahan dan kemegahan bangunan perpustakaan umum Kabupaten Ngada juga diakui Kepala Perpusnas. Namun, Kepala Perpusnas mengingatkan bahwa pembangunan fisik sudah selesai dibangun, tapi visi misi Bupati belum selesai.

"Keberadaan perpustakaan adalah mendorong tercapainya visi misi pembangunan daerah. Perpustakaan bisa menjadi parameter kemajuan Ngada," jelas Syarif Bando.

Generasi muda sebagai penerus pembangunan perlu dibekali dengan kemampuan literasi yang bagus, apalagi di tengah gempuran dinamika informasi media sosial yang sulit dibendung.

"Siapa kita di hari ini tergantung pada apa yang dibaca pada sepuluh lima belas tahun lalu. Anak-anak yang saat ini sedang belajar, ketika masa lima belas tahun mendatang tiba, tergantung apa yang menjadi konsumsi bacaannya hari ini,"ujar Syarif Bando.

 

2 dari 2 halaman

4 Cara Meningkatkan Literasi

 

Sementara itu, pada kesempatan talkshow Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM), anggota Komisi X DPR RI Andreas Hugo Pareira menyampaikan akhir-akhir ini media massa ramai memberitakan perihal berpindahnya status ribuan mahasiswa WNI menjadi warga negara Singapura.

Andreas menyoroti hal tersebut dengan mengatakan, yang berpindah sesungguhnya adalah otaknya (literasi). Karena literasi merupakan hak asasi yang fundamental dan fondasi penting untuk proses pembelajaran sepanjang hayat.

Menanggapi temuan studi Program for International Students Assessment (PISA) pada 2018 yang menunjukkan hasil kualitas minat baca pelajar Indonesia rendah, berada di bawah level 2, itu berarti para siswa Indonesia tidak mampu menemukan gagasan utama atau pun informasi dalam teks pendek.

Oleh karena itu, tidak ada cara lain selain untuk meningkatkan literasi. Hugo menjabarkan ada empat hal penting yang bisa dilakukan, yaitu memperbaiki sistem pendidikan, memperluas akses masyarakat terhadap komputer, akses terhadap surat kabar, dan yang tidak kalah penting akses masyarakat ke perpustakaan.

Kualitas sumber daya manusia baik ditentukan oleh literasi. Karena orang yang berliterasi adalah orang yang berpengetahuan. Namun, sayangnya masyarakat selama ini terlena dengan kekayaan alam dan hayati yang dimiliki.

"Kita harus pahami bahwa sumber daya alam suatu saat akan habis, tapi jika manusia dibekali dengan kualitas pengetahuan yang baik, maka tidak perlu kuatir karena jika kekayaan alam habis, akalnya akan mendorong untuk berpikir bagaimana menciptakan hal-hal baru demi menjaga kesinambungan kehidupan," kata Pustakawan Utama Perpusnas Abdullah Sanneng.

Abdullah lantas mengilustrasikan bagaimana satu peluru hanya menembus satu kepala. Namun, satu buku justru mampu menembus puluhan juta kepala dan melahirkan ide-ide baru.

"Yang menyelamatkan manusia dari kepunahan adalah dengan ilmu pengetahuan. Dan salah satu cara memperoleh pengetahuan adalah melalui perpustakaan," tambahnya. 

Video Terkini