Liputan6.com, Yogyakarta - Sumber karbohidrat tak hanya berasal dari nasi. Salah satu asupan karbohidrat yang bisa dijadikan pilihan adalah makanan tradisional gatot dan tiwul.
Makanan ini terbuat dari singkong dan telah lama menjadi pilihan sumber karbohidrat yang mengenyangkan. Bahkan, makanan ini masih eksis di tengah gempuran ragam kuliner siap saji.
Mengutip dari indonesiakaya.com, gatot dan tiwul memiliki jejak sejarah dan emosional yang kuat. Menurut Syarifuddin Murbawono dalam 'Monggo Mampir: Mengudap Rasa Secara Jogja', rombongan gerilyawan Jenderal Sudirman mengisi perut dengan gatot dan tiwul saat menempuh perjalanan dari Yogyakarta ke Jawa Timur.
Advertisement
Baca Juga
Panganan olahan singkong tersebut sebenarnya merupakan makanan tradisional penduduk Gunung Kidul, Pacitan, Wonogiri, dan Trenggalek. Adapun daerah Gunung Kidul dikenal sebagai surganya gaplek.
Untuk membuat tiwul, dimulai dengan mengeringkan singkong menjadi gaplek terlebih dahulu. Kemudian, gaplek dihaluskan hingga menjadi butiran yang mirip tepung.
Setelah menjadi butiran, tiwul dibersihkan kemudian dikukus. Uniknya, tiwul bisa dijadikan makanan asin maupun manis.
Untuk olahan asin, tiwul biasanya disantap seperti nasi, yakni dengan urapan sayur, tempe goreng, ikan asin, sambal, atau lauk lainnya. Sementara untuk kudapan manis, tiwul biasanya ditambahkan gula jwa dan taburan kelapa.
Sementara itu, olahan singkong berupa gatot sebenarnya terbuat dari singkong yang gagal tumbuh dan dibiarkan berjamur. Berbeda dengan tiwul, gatot lebih cocok dijadikan camilan karena rasanya yang manis.
Gatot memiliki tekstur yang kenyal. Gatot umumnya dinikmati dengan cara diberi tambahan taburan kelapa. Hingga kini, gatot dan tiwul masih bisa ditemukan di beberapa daerah, termasuk Yogyakarta.
(Resla Aknaita Chak)