Sukses

Sepenggal Cerita Mbah Sugiyarno, 40 Tahun Pakai Topi Laken Terbuat dari Tunggak Jati Blora

Mbah Sugiyarno (76), warga Desa Semanggi, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Pria paruh baya itu puluhan tahun memakai topi laken antik berbahan tunggak kayu jati Blora.

Liputan6.com, Blora - Inilah sepenggal kisah Mbah Sugiyarno (76), warga Desa Semanggi, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Pria paruh baya itu puluhan tahun memakai topi laken antik berbahan tunggak kayu jati Blora.

"Sejak tahun 83," jawab Mbah Sugiyarno saat ditanya Liputan6.com dalam sebuah kesempatan di Blora, ditulis Senin (17/07/2023).

Terhitung sejak tahun itu masih muda hingga sekarang ini menua, Mbah Sugiyarno sudah memanfaatkan topi laken tersebut di atas kepalanya selama 40 tahun.

Tentu tak jarang orang-orang di sekelilingnya jadi dibuat penasaran dan bertanya-tanya dari bahan kayu apa topi laken antik tersebut.

"Topi iki gawek an songko tunggak kayu jati," ujar Mbah Sugiyarno dengan logat bahasa jawa.

Mengetahui kebiasaannya itu, pihak pejabat Pemkab Blora maupun Perhutani Blora secara turun temurun, dari masa ke masa, maupun dari generasi ke generasi sangat terbantu.

Bukan tanpa sebab lain, karena separuh hidupnya Mbah Sugiyarno secara tidak langsung turut membantu pemangku kepentingan mengenalkan kualitas produk jati Blora hingga diakui dunia.

Dikatakan Mbah Sugiyarno, topi laken antik dari tunggak jati tua miliknya itu awalnya merupakan jatah yang diberikan oleh seseorang.

"Coro peritungane jatah, seng maringi wong lewat," ucapnya.

 

2 dari 2 halaman

Wejangan Mbah Sugiyarno

Banyak ilmu yang didapatkan semasa hidup Mbah Sugiyarno sejak memanfaatkan alias memiliki topi laken tersebut. Kemudian, dirinya tak lupa sedikit berbagi wejangan untuk orang-orang zaman sekarang, khususnya kawula muda agar tidak serakah urusan dunia dan punya kelakuan jelek ketika punya ilmu.

"Ngilmu opo wae, ojo sampek nduwe lakon seng elek, lakone seng sae," katanya.

Dengan begitu, lanjut Mbah Sugiyarno, prinsip hidup tidak akan berbelok-belok melakukan keburukan yang menyimpang.

Misalnya seperti profesi wartawan, profesi aparat, orang-orang politik yang punya kuasa, dan lain sebagainya, jangan sampai punya kebiasaan menyimpang agar hidup lebih berkah dan bermanfaat. Serta, tidak mangkelan (jengkel) ketika diingatkan sesama.

"InsyaAllah yen pancene wong enom iku wayahe dienam-enam pikirane, kudune iso ngenam pikirane, ojo sampek menggok lakone. Ajeg pikirane. Tujuane opo seng jejeg," tandas Mbah Sugiyarno mengakhiri wejangannya.