Sukses

7 Tragedi Kecelakaan Kereta Api Ini Juga Pernah Terjadi di Indonesia, Salah Satunya Sebelum Kemerdekaan

Sebelumnya, sejumlah kecelakaan kereta api juga pernah terjadi di Indonesia.

Liputan6.com, Yogyakarta - Kecelakaan kereta api kembali terjadi di Indonesia, tepatnya di Semarang. Kali ini, kecelakaan tersebut melibatkan Kereta Api (KA) 121 Brantas tujuan Pasar Senen-Blitar dengan truk tronton di JPL 6 Km 1+523, petak jalan Jerakah-Semarang Poncol.

Kecelakaan tersebut mengakibatkan Lokomotif KA Brantas mengalami kebakaran hebat. Kecelakaan tersebut menambah daftar tragedi kecelakaan kereta api Indonesia.

Sebelumnya, sejumlah kecelakaan kereta api juga pernah terjadi di Indonesia. Bahkan, beberapa di antaranya telah menelan ratusan jiwa korban.

Mengutip dari berbagai sumber, berikut deretan tragedi kecelakaan kereta api di Indonesia:

1. Kecelakaan Kereta Api di Lembah Anai, Sumatera Barat (1944)

Kecelakaan Kereta Api pernah terjadi di Lembah Anai, Sumatera Barat. Kecelakaan yang terjadi pada 25 Desember 1944 itu mengakibatkan 200 orang meninggal dunia dan 250 orang lainnya luka-luka.

Kecelakaan tersebut terjadi karena kereta api yang melalui jalur ini gagal dalam pengeremannya. Namun, memang jalur Lembah Anai terkenal terjal dan rawan kecelakaan.

2. Tabrakan Kereta Api Ratujaya (1968)

Pada 1968, terjadi peristiwa tabrakan yang melibatkan KA 406 dan KA 309 di Ratu Jaya, Cipayung, Depok. Kecelakaan itu menyebabkan 116 orang meninggal dunia, 84 orang luka berat, dan 52 orang luka ringan. Kala itu, total kerugian dari tragedi ini mencapai Rp7,8 juta.

 

2 dari 2 halaman

Tragedi Bintaro I (1987)

3. Tragedi Bintaro I (1987)

Kecelakaan kereta api Bintaro pada 1987 atau yang dikenal dengan 'Tragedi Bintaro I' menjadi kecelakaan kereta api yang cukup tragis. Kecelakaan ini menyebabkan 153 orang tewas dan 300 orang luka berat.

Kecelakaan tersebut melibatkan KA 220 Patas jurusan Tanah Abang-Merak yang berangkat dari stasiun Kebayoran dengan kereta api lokal Rangkas jurusan Rangkasbitung-Jakarta Kota (KA 225) yang berangkat dari stasiun Sudimara. Kejadian tersebut terjadi pada 19 Oktober 1987 di Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan.

4. Tabrakan Kereta Api Empu Jaya (2001)

Tabrakan KA Empu Jaya dan KA Gaya Baru Malam Selatan yang terjadi pasa 2001 disebabkan oleh kesalahan dalam memberikan sinyal. Kecelakaan ini menewaskan 31 orang dan 53 orang luka berat.

5. Tabrakan Kereta Api Kertajaya (2006)

Kecelakaan kereta api ini melibatkan KA Kertajaya dan KA Sembrani. Kecelakaan berawal ketika KA Kertajaya akan masuk ke Stasiun Gubug Jalur 1, sementara KA Gumarang masuk ke stasiun yang sama di jalur 2.

Setelah KA Gumarang melintas keluar, KA Kertajaya masih harus menunggu KA Sembrani lewat. Namun, KA Kertajaya justru beranjak keluar sehingga masuk ke jalur 2.

Padahal, saat itu KA Kertajaya belum diberikan sinyal untuk berjalan. Dari sisi lain, KA Sembrani yang datang dari arah Jakarta memacu dengan kecepatan tinggi masuk ke Stasiun Gubung.

Tabrakan pun tak terhindarkan. Kedua lokomotif yang bertabrakan itu rusak dan tak berbentuk.

6. Tabrakan Kereta Api Argo Bromo Anggrek (2010)

KA Argo Bromo Aggrek menabrak KA Senja Utama Semarang yang tengah menungggu di Stasiun Petarukan pada 2 Oktober 2010 lalu. Kejadian ini terjadi di jalur utara ketika KA Senja Utama Semarang menunggu di jalur 3, sedangkan KA Argo Bromo Anggrek dari arah Jakarta memasuki jalur yang sama sehingga terjadi tabrakan dari belakang.

7. Tragedi Bintaro II (2013)

Tragedi nahas kembali terjadi di Bintaro pada 2013. Kali ini, tragedi tersebut dikenal dengan nama 'Tragedi Bintaro II'.

Kala itu, KRL jurusan Serpong-Tanah Abang dengan nomor 1131 berangkat dari Serpong pukul 11.01 WIB. Pada pukul 11.25 WIB, kereta tersebut mendadak tak bisa di rem dan terjadi tabrakan dengan truk tangki Pertamina pada pukul 11.25 WIB.

Tak berselang lama, puku 11.30 WIB terdengar 3 kali ledakan. Ledakan tersebut terjadi karena truk Pertamina membawa bahan bakar jenis premium sebanyak 24.000 liter dan melewati perlintasan KA di Pondok Betung, Bintaro.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak