Sukses

Asal Usul Nama dan Sejarah Kabupaten Pangandaran, Kampung Halaman Cakra Khan

Daerah Pangandaran dikenal sebagai salah satu tempat wisata alam yang indah dan disukai oleh wisatawan lokal dan internasional.

Liputan6.com, Bandung - Nama Cakra Konta Paryaman atau yang akrab disapa Cakra Khan, belakangan menjadi perbicangan. Penyanyi asal Pangandaran, Jawa Barat itu membawa kabar membanggakan karena mengikuti America’s Got Talent 2023.

Dalam ajang bergengsi kelas dunia itu, Cakra Khan dipuji keempat juri hingga akhirnya lolos ke babak berikutnya. Ungkapan kebanggaan juga datang dari sosok Susi Pudjiastuti kepada Cakra Khan. Hal itu disampaikannya melalui media sosial Twitter @susipudjiastuti.

Tampak dalam cuitannya itu, Susi Pudjiastuti memberikan emotikon tepuk tangan dan simbol hati. Susi juga menyorot soal dirinya dan Cakra Khan sama-sama berasal dari kampung halaman yang sama, yakni Pangandaran, Jawa Barat.

"Selamat Cakra 👏👏💐💐❤️❤️Ikut bangga sebagai orang Pangandaran 😍😍❤️❤️," tulis Susi Pudjiastuti melalui unggahan di Twitter-nya tersebut pada Rabu (19/7/2023) lalu.

Pangandaran memang merupakan salah satu destinasi wisata yang banyak disukai masyarakat lokal dan wisatawan mancanegara. Lokasinya mempunyai pemandangan pantai yang indah serta beberapa wisata alam indah lainnya.

Selain itu, daerah Pangandaran juga dikenal dengan kulinernya yang menggugah selera. Salah satunya kuliner makanan khas Pangandaran yaitu makanan lautnya yang nikmat.

Pangandaran juga menjadi salah satu tempat wisata populer dan juga tempat untuk para nelayan mencari ikan. Namun, tahukah kamu jika nama Pangandaran mempunyai asal usulnya tersendiri bahkan mempunyai arti tertentu? Simak penjelasannya berikut.

2 dari 3 halaman

Asal Usul Nama Pangandaran

Mengutip dari laman investasi.jabarprov.go.id, Desa Pananjung di Pangandaran merupakan tempat yang dibuka dan ditempati oleh para nelayan dari suku Sunda. Kemudian, banyak pendatang yang memilih tinggal di Pangandaran.

Alasan mereka tinggal di Pangandaran dikarenakan gelombang lautnya yang kecil sehingga mempermudah mereka dalam mencari ikan. Karena pantainya mempunyai daratan yang menjorok ke laut yang kini menjadi cagar alam.

Masyarakat terbantu dengan adanya tanjung tersebut karena menghambat dan menghalangi gelombang besar untuk sampai ke area pantai. Para nelayan akhirnya menjadikan tempat tersebut menjadi lokasi menyimpan perahunya atau orang Sunda menyebutnya sebagai "Andar".

Beberapa lama kemudian mulai banyak orang-orang yang berdatangan ke tempat tersebut dan menetap di sana. Sehingga, wilayah itu menjadi perkampungan yang disebut sebagai Pangandaran.

 

3 dari 3 halaman

Arti Nama Pangandaran

Nama Pangandaran mempunyai arti dari dua buah kata yaitu "pangan" yang berarti makanan dan "daran" yang berarti pendatang. Sehingga jika disimpulkan Pangandaran merupakan "sumber makanan para pendatang".

Diketahui para sesepuh terdahulu memberi nama Desa Pananjung karena di samping daerah tersebut terdapat tanjung. Daerah ini juga disebut mempunyai keramat-keramat di beberapa tempatnya.

Adapun "pananjung" berasal dari bahasa Sunda "pangnajung-nanjungna" yang berarti "paling subur atau paling makmur". Pananjung juga awal mulanya adalah salah satu pusat kerajaan yang sezaman dengan Kerajaan Galuh Pangauban.

Kerajaan tersebut berpusat di Putrapinggan, Kalipucang, Pangandaran sekitar pada abad XIV M atau setelah munculnya Kerajaan Pajajaran di Pakuan Bogor. Diketahui nama rajanya adalah Prabu Anggalarang.

Melalui salah satu versi mengatakan jika Prabu Anggalarang masih keturunan dari Prabu Haur Kuning raja pertama Kerajaan Galuh Pangauban. Namun, kerajaan ini hancur karena diserang para Bajo atau Bajak laut.

Penyerangan tersebut dikarenakan pihak kerajaan yang tidak bersedia menjual hasil buminya kepada mereka. Pasalnya pada saat itu situasi rakyat pun sedang dalam keadaan paceklik atau gagal panen.

Pada 1922, seorang penjajah Belanda Y Everen menjadikan Pananjung sebagai taman baru. Ia melepaskan seekor banteng jantan, tiga ekor sapi betina, hingga beberapa ekor rusa.

Karena mempunyai keanekaragaman satwa dan beberapa jenis tanaman langka keberlangsungan habitat di daerah tersebut dapat terjaga. Adapun pada 1934 Pananjung menjadi suaka alam dan margasatwa seluar 530 hektare.

Kemudian, pada 1961 di wilayah tersebut ditemukan Bunga Raflesia Padma dan status berubah menjadi cagar alam. Semakin meningkatnya hubungan masyarakat dengan tempat rekreasi pada tahun 1978 kawasan seluas 37, 70 Ha tersebut dijadikan taman wisata.

Semakin berkembangnya zaman, pada 1990 tempat ini dikukuhkan menjadi kawasan pelestarian alam seluruhnya menjadi 1000,0 Ha. Adapun lokasi tersebut menjadi Taman Wisata Alam Pananjung.