Sukses

Tradisi Lamporan, Upaya Sedulur Sikep Pati Merawat Alam Pegunungan Kendeng

Tindakan perusakan lingkungan hingga kini terus terjadi di wilayah Pegunungan Kendeng Jawa Tengah.

Liputan6.com, Pati - Tindakan perusakan lingkungan hingga kini terus terjadi di wilayah Pegunungan Kendeng Jawa Tengah. Di samping ancaman pabrik semen, berbagai aktivitas tambang galian C juga semakin merusak hamparan pegunungan karst yang membentang di wilayah Kudus, Pati, Rembang hingga Tuban.

Keprihatinan tersebut diungkapkan Gunretno, salah satu tokoh Sedulur Sikep Pati yang memimpin tradisi ritual Jamasan Kendeng di Bukit Ngalang-alang, Desa Kedumulyo, Kecamatan Sukolilo, Pati, Senin (24/7/2023) malam.

Tradisi ini diikuti ratusan Komunitas Sedulur Sikep dari berbagai daerah, mulai dari Kabupaten Pati, Kudus, Blora, Rembang hingga Grobogan.

Menurut Gunretno, ritual yang telah bertahun-tahun dan digelar setiap tanggal 5 Suro tersebut, merupakan tradisi Suronan yang dilakukan Sedulur Sikep untuk merawat Ibu Bumi atau lingkungan. Tradisi ini juga sebagai upaya masyarakat dan generasi muda dalam ikut merawat lingkungan ia sebut sebagai Ibu Bumi.

“Setiap tanggal 5 Sura ada ini. Brokohan, lamporan, nandur cikal sebagai simbol menanam bibit muda agar perjuangan Kendeng ada yang melanjutkan perjuangan,” ujar Gunretno yang juga ketua Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK).

Merayakan Bulan Sura atau tahun baru bagi orang Jawa, imbuh Gunretno, bukan saja sekadar bersyukur atau selamatan. Namun juga sebagai upaya intropeksi tentang perjuangan merawat lingkungan atau Ibu Bumi.

 

2 dari 2 halaman

Jamasan Kendeng

Sementara itu, ritual Jamasan Kendeng di Bukit Ngalang-alang Desa Kedumulyo, Kecamatan Sukolilo, Pati, diawali dengan menanam cikal pohon kelapa. Kemudian dilanjutkan dengan brokohan atau selamatan untuk meminta keselamatan kepada Tuhan di tahun baru Jawa.

Usai menanam bibit kelapa, Jamasan Kendeng dilanjutkan dengan Lamporan pada malam harinya. Sekitar seratusan orang berkumpul dan membentuk lingkaran. Mereka masing-masing membawa obor dan berkeliling di atas Bukit Ngalang-alang.

Sebanyak tiga orang tampak merapalkan berbagai kalimat berbahasa Jawa. Kalimat itu bemakna agar masyarakat dijauhkan dari penyakit, wabah maupun musibah lainnya. (Arief Pramono)

Video Terkini