Sukses

Polda Sumut Lakukan 'Criminal Profiling' Terhadap 3 Begal, Terungkap Psikologis Pelaku

Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Polda Sumut) memprofiling 3 tersangka begal atau pelaku pencurian dengan kekerasan di jalanan yang saat ini sedang ditahan di Mapolrestabes Medan.

Liputan6.com, Medan Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Polda Sumut) memprofiling 3 tersangka begal atau pelaku pencurian dengan kekerasan di jalanan yang saat ini sedang ditahan di Mapolrestabes Medan.

Profiling terhadap 3 tersangka dilakukan Tim Psikologi Polda Sumut terhadap 3 tersangka masing-masing berinisial TA (18), RS (16), dan JY (16). Ketiganya masih dalam kategori usia remaja.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Sumut, Kombes Pol Hadi Wahyudi mengatakan, ketiga tersangka diprofiling langsung oleh Kasubbag Psipol Bag Psikologi Ro SDM Polda Sumut,AKP Zulhafni, dibantu Psikolog Kepolisian Tk II Ro SDM Polda Sumut, Ipda Halim Perdana Kusuma dan Aipda Dian Juliana Wardayani.

Berdasarkan profiling yang dilakukan Tim Pisikologi Polda Sumut, diketahui dari segi usia ketiganya masih tergolong muda dan labil.

"Mereka tergolong remaja, profil kepribadian masih belum terbentuk secara permanen dan mudah untuk berubah-ubah," kata Hadi kepada Liputan6.com, Sabtu (29/7/2023).

Diungkapkan Hadi, criminal profiling akan terus dilakukan kepada siapapun para pelaku kejahatan seperti begal. Tujuan untuk menyediakan data terkait pemeriksaan sosial dan psikologis perilaku.

"Juga memberikan saran terkait strategi yang harus dilakukan," ujarnya.

Criminal profiling juga dapat digunakan masyarakat untuk mengetahui ciri-ciri dan karakteristik pelaku kriminal, sehingga dapat mewaspadai orang-orang dengan ciri yang sama untuk memperkecil risiko terjadinya kasus kriminal serupa.

 

2 dari 4 halaman

Butuh Eksistensi Serta Ingin Diakui

Ketua Tim Psikologi Polda Sumut, AKP Zulhafni menerangkan, ketiga tersangka begal yang dilakukan profiling pada usia saat ini sedang membutuhkan eksistensi, serta ingin diakui keberadaannya oleh lingkungan.

Namun keinginan untuk pengakuan eksitensi terhadap dirinya pada jalur menyimpang. Ada rasa kebangga terhadap statusnya sebagai begal atau kejahatan jalanan.

Hal itu membuat mereka merasa lebih dari orang lain, tidak ada yang ditakuti, sehingga ketika dihadapkan pada permasalahan dengan orang lain, rasa egonya muncul.

"Apalagi, ditambah merasa superior menjadikan perilaku mereka muncul secara spontan tanpa dipertimbangkan akibatnya terlebih dahulu bagi dirinya dan lingkungan sekitar," terangnya.

3 dari 4 halaman

Belum Berpikir Matang

Disebutkan Zulhafni, kesimpulan dari hasil pemeriksaan secara psikologis, peristiwa pencurian dengan kekerasan secara begal terjadi karena para tersangka ingin menunjukkan eksistensinya.

"Namun, tanpa disertai pertimbangan yang matang dan dampak yang ditimbulkan karena sikap kedewasaan yang belum terbentuk secara penuh atau immature," sebutnya.

Menurut Zulfahni, kendali emosi yang masih labil memicu dorongan amarah pada para tersangka remaja untuk dilampiaskan terhadap korban. Kejadian pembegalan akibat dari kurangnya kedewasaan dan pengolahan informasi secara mendalam.

"Disebabkan pula adanya rasa satu kesatuan yang tidak diimbangi dengan kedewasaan bertindak dan berpikir," terangnya.

4 dari 4 halaman

Diperlukan Intervensi Psikologis

Zulhafni meganjurkan, diperlukan adanya kegiatan intervensi psikologis secara intens untuk mengetahui motif dan latar belakang kejadian secara mendalam, dan mengetahui kondisi psikologis para remaja yang terlibat secara lebih mendalam.

"Tujuannya untuk bahan evaluasi kepribadian yang bersangkutan dan sebagai tindak lanjutnya diberikan pembinaan psikologis (konseling dan rehabilitasi) serta perhatian dan dukungan keluarga," tandasnya.

Video Terkini