Sukses

Tepung Tawar, Tradisi Masyarakat Melayu yang Jadi Sarana Doa

Sebagai bentuk persembahan rasa syukur, tepung tawar bisa dilakukan pada dua ketentuan, baik pada manusia maupun benda.

Liputan6.com, Riau - Tepung tawar merupakan prosesi adat masyarakat Melayu. Bukan sekadar tradisi, tepung tawar memiliki makna dan simbol Islam di dalamnya.

Prosesi ini biasanya diiringi dengan salawat nabi ataupun syarakal marhaban. Dalam upacara pernikahan, tradisi ini berisi tiga tahap yang harus dilalui dalam prosesi berarak menjelang bersanding.

Ketiga prosesi tersebut di antaranya membuka pintu di halaman rumah pengantin perempuan, membuka pintu di pintu masuk rumah pengantin perempuan, dan membuka kipas. Mengutip dari jurnal ilmiah 'Tepuk Tepung Tawar Sebagai Simbol Ritual Budaya Melayu Kabupaten Karimun' oleh Doni Febri Hendra dan Amelia Ariani, tradisi ini sebenarnya merupakan ritual doa untuk kedua mempelai.

Tujuannya agar mempelai diberkahi di sepanjang perjalanan rumah tangganya. Selain itu, ritual ini juga menjadi simbol memohon keselamatan atas keduanya.

Sebagai bentuk persembahan rasa syukur, tepung tawar bisa dilakukan pada dua ketentuan, baik pada manusia maupun benda. Selain dilaksanakan dalam pernikahan, tradisi ini juga banyak dilakukan di acara sakral lainnya, seperti syukuran, khitanan, maupun kegiatan lain yang berhubungan dengan ucapan syukur atas rezeki atau terkabulnya keinginan.

Dalam pelaksanaannya, prosesi tepung tawar akan memiliki beberapa perbedaan di masing-masing daerah. Ada yang melaksanakan prosesi ini bersamaan dengan acara barzanji pada malam hari setelah kedua pengantin berendam.

Namun, ada pula yang melakukan tepung tawar usai prosesi ijab kabul yang dilanjutkan dengan mencecah inai. Meski cara dan praktiknya berbeda, tetapi tradisi ini memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mendoakan.

 

2 dari 2 halaman

Memerlukan Beberapa Bahan

Prosesi tepung tawar umumnya memerlukan beberapa alat dan bahan, seperti daun renjis, bahan renjis, dan bahan tabur. Daun renjis digunakan untuk memercikkan air renjis kepada seseorang yang tengah melakukan tradisi.

Alat renjis ini terdiri dari daun setawar, daun sedingin, daun ati-ati, daun ganda rusa, dan daun juang-juang. Daun ini merujuk pada konsep mata angin, bilangan biner, dan empat malaikat utama dalam ajaran Islam (Jibril, Mikail, Israfil, dan Izrail).

Daun tersebut kemudian diikat dengan akar ribu atau benang yang terdiri dari tujuh warna. Ada juga yang menggunakan daun pandan sebagai daun renjis dan diikat menggunakan tali.

Sementara itu, bahan renjis adalah bedak limau yang merupakan air mawar dan air limau yang dicampur bedak sejuk. Bedak sejuk merupakan beras yang ditumbuk dan ditambah dengan air pandan.

Selanjutnya, bahan tabur adalah bahan yang akan ditaburkan kepada seseorang yang tengah melakukan tradisi ini. Bahan tabur terdiri dari beras kunyit, beras basuh, beras bertih, dan bunga rampai.

Beras kunyit adalah beras yang direndam bersama dengan kunyit hingga berwarna kuning. Adapun beras basuh adalah beras yang telah dicuci bersih dan ditiriskan, sedangkan beras bertih adalah padi yang dimasak hingga meletup.

Prosesi ini biasanya dilakukan oleh keluarga, saudara, ahli agama, dan para tetua adat. Namun, ada juga yang meminta bantuan pemandu yang disebut Mak Andam untuk memandu dan membimbing prosesi tepung tawar.

Hingga kini, tradisi tepung tawar masih dipertahankan masyarakat setempat. Tradisi ini menjadi sarana doa untuk setiap upacara sakral masyarakat Melayu.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak