Sukses

Aktivitas Sesar Aktif Picu Gempa Merusak di Sigi, Begini Ulasan Badan Geologi

Terdapat sesar berarah barat laut – tenggara di sekitar lokasi pusat gempa bumi yang mengguncang Kabupaten Sigi, Sulteng.

Liputan6.com, Bandung - Badan Geologi Kemementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) meyebtukan pemicu gempa bumi merusak di Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah pukul pukul 17.09 WIB kemarin (6/7/2023) diakibatkan oleh aktivitas sesar aktif dengan mekanisme sesar normal berarah barat laut – tenggara.

Data yang diterbitkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), lokasi pusat gempa bumi terletak di darat pada koordinat 120,16 BT dan 1,14 LS, berjarak sekitar 26,10 km tenggara Kota Bora (Ibu kota Kabupaten Sigi) atau sekitar 42,8 km tenggara Kota Palu, dengan magnitudo (M5,3) pada kedalaman 10 km.

Gempa ini pula terekam oleh lembaga geologi The United States Geological Survey (USGS) Amerika Serikat, lokasi pusat gempa bumi terletak pada koordinat 120,273 BT dan 1,078 LS dengan magnitudo (M5,3) pada kedalaman 10 km.

Sedangkan data badan geologi GeoForschungsZentrum (GFZ), Jerman, lokasi pusat gempa bumi berada pada koordinat 120,32 BT dan 1,11 LS, dengan magnitudo (M5,3) pada kedalaman 10 km.

"Kejadian gempa bumi ini diikuti oleh gempa bumi susulan," ujar Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, Kementerian ESDM, Hendra Gunawan, dalam keterangan tertulisnya Bandung, Senin, 7 Agustus 2023.

Menurut Hendra, data yang dimiliki oleh otoritasnya terdapat sesar berarah barat laut – tenggara di sekitar lokasi pusat gempa bumi.

Hendra menerangkan kondisi (morfologi) wilayah di sekitar lokasi pusat gempa bumi pada umumnya berupa perbukitan bergelombang hingga terjal, lembah dan dataran bergelombang.

Daerah tersebut tersusun oleh dominan tanah keras (kelas C) dan batuan (kelas B). Wilayah ini secara umum tersusun oleh batuan berumur Tersier (batuan sedimen dan batu beku) dan Pra Tersier (batuan metamorf dan metasedimen), serta endapan Kuarter berupa aluvial rombakan.

"Sebagian batuan berumur Tersier dan Pra Tersier tersebut telah mengalami pelapukan," kata Hendra.

Sementara endapan Kuarter dan batuan yang telah mengalami pelapukan pada umumnya bersifat lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi.

Selain itu pada morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan yang telah mengalami pelapukan, berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.

Kejadian gempa bumi ini telah mengakibatkan terjadinya bencana berupa 10 rumah mengalami rusak ringan dan 3 rumah rusak berat di Desa Lembangtongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi.

"Menurut data BMKG guncangan gempa bumi dirasakan di wilayah Kabupaten Sigi pada skala IV-V MMI (Modified Mercalli Intensity)," tukas Hendra.

Hendra menuturkan sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi terletak pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi tinggi dan sebagian lainnya pada KRB gempa bumi menengah.

Hendra menegaskan kejadian gempa bumi ini tidak menyebabkan tsunami karena lokasi pusat gempa bumi terletak di darat.

Meski begitu masyarakat diimbau untuk tetap tenang, mengikuti arahan dan informasi dari petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan, dan jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi.

"Bagi penduduk yang rumahnya mengalami kerusakan agar mengungsi ke tempat aman sesuai dengan arahan dari BPBD setempat," ungkap Hendra.

 

2 dari 2 halaman

Konstruksi Rumah Tahan Gempa

Hendra menyarankan bangunan di Kabupaten Sigi harus dibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi guna menghindari dari risiko kerusakan, dan harus dilengkapi dengan jalur serta tempat evakuasi.

Selain itu, karena wilayah Kabupaten Sigi tergolong rawan gempa bumi, maka harus ditingkatkan upaya mitigasi melalui mitigasi struktural dan non struktural.

Kejadian gempa bumi ini diperkirakan tidak berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya sesar permukaan dan bahaya ikutan (collateral hazard) berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi.