Sukses

Olah Sampah Bisa Kurangi Anggaran Tanaman Hias Klungkung hingga Rp 500 Juta

Di Klungkung Bali terdapat pengelolaan sampah berbasis sumber daya manusia itu membantu menekan volume sampah yang masuk ke TPA.

Liputan6.com, Klungkung - Guna menekan volume sampah yang ada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Klungkung telah melakukan gebrakan dengan membuat pengelolaan sampah dengan basis sumber daya manusia.

Seperti disampaikan oleh Ketut Suadnyana, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Klungkung pihaknya membuat program pengelolaan sampah dengan menggandeng sekolah-sekolah di wilayah tersebut.

Dirinya menyebut pengelolaan sampah itu tak hanya mengurangi penumpukan sampah akhir tapi mereka juga mendapatkan pupuk dari sisa pengolalaan sampahnya.

"Kebun pembibitan mensuplai tanaman untuk semua kantor di Klungkung dan sekolah sehingga mereka tidak boleh lagi anggarkan biaya untuk tanaman hias dan pupuk. Dulu Rp0,5 Miliar untuk biaya perawatan tanaman hias di kota, sekarang sudah tidak ada lagi biaya," kata Ketut Suadnyana di Klungkung, Jumat (11/8/2023).

 

2 dari 3 halaman

Pengganti Bahan Bakar

Sementara itu Asisten Deputi Infrastruktur, Ketahanan Energi Sumber Daya Alam, Sri Prastiwi Utami mengatakan pengeolaan sampah memerlukan keseriusan dan komitmen mulai dari pemerintah, pemangku kepentingan dan masyarakat di hilir.

"Setiap daerah mempunyai keunikan sendiri, tergantung dari kabupaten/kotanya. Nanti akan dilihat mana yang lebih tepat untuk diimplemetasikan di daerah masing-masing," ucap dia.

Menurutnya, apa yang dilakukan di Klungkung dan program pengelolaan sampahnya menjadi unggulan itu bisa menjadi referensi bagi daerah lain. Ia menambahakan hal tersebut menjadi keunggulan di Klungkung lantaran melibatkan masyarakat, pelaku daur ulang dan produsen.

"Jadi pengelolaan sampah tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah," ujarnya.

Sri menjelaskan pengelolaan sampah berbasis sumber menunjukan peranan seorang pimpinan daerah itu sangat penting. "Harus yang mempunyai komitmen, mempunyai leadership dan mau bekerja keras mengajak warga, sampah itu harus dikelola," tutur dia.

 

3 dari 3 halaman

Mesin Pengolah Residu

Sementara itu Direktur PT Cahaya Terang Bumi Lestari (CTBL), Putu Ivan Yunatana sebagai unit usaha BWC grup sebagai penyedia dan operator mesin pengolah residu menjadi RDF di TOSS Center mengaku pihaknya menyediakan mesin pengolah residu jadi RDF di TOSS Center.

"Pengelolaan sampah masih jauh dari yang diharapkan. Karena pengelolaan sampah yang efektif dan efisien harus memahami dulu karakteristik sampah yang akan ditangani," ungkapnya.

Tak hanya itu, dirinya melanjutkan pemilahan sampah mulai dari pemilahan unsur organiknya atau anorganik, sampah basah atau kering, termasuk perlu memahami prilaku masyarakat. "Karena hal ini berdampak pada kondisi sampah dan berpengaruh terhadap sistem dan mekanisme pengolahan sampah," jelas Ivan.

Ia juga memastikan pengelolaan residu menjadi RDF di TOSS Center tak berbau busuk atapun menimbulkan asap. Ia menyebut sejak Januari 2023 mesin dioperasionalkan kurang kebih 30 ton residu mestinya terbuang ke TPA Sente.

"Namun tidak terbuang karena menjadi rdf yang kemudian digunakan sebagai salah satu bahan bakar alternatif untuk salah satu pabrik di Pasuruan yang telah mengganti bahan bakar batu bara dengan RDF," ucap Ivan.

Â