Liputan6.com, Bali - Cerita Alif Zarathuza menjadi MUA internasional hampir serupa sinema elektronik yang biasa muncul di layar televisi. Jauh sebelum berhasil menjadi MUA bertaraf internasional dengan berbagai cabang binis, Alif merupakan mahasiswa rantau yang berasal dari sebuah perkampungan di Bali.
Anak ketujuh dari 14 bersaudara ini tidak merasakan kebebasan bermain layaknya anak-anak seusianya ketika duduk di bangku SD dan SMP. Di Lelateng Negara Bali, tempat tinggalnya, ia harus berjualan jajanan keliling dengan berjalan kaki.
Jaraknya berkilo-kilometer. Tak jarang ia menyeberangi sungai supaya dagangannya habis terjual.
Advertisement
Baca Juga
Bukan untuk menambah uang saku, Alif kecil melakukan itu untuk menyambung hidup. Kondisi perekonomian keluarganya tidak cukup baik. Ibunya pedagang kecil dan ayahnya bekerja serabutan.
Selepas SMA pada 2012, Bermodalkan beasiswa prestasi, Alif mencoba peruntungan untuk berkuliah di jurusan Seni Teater Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Laki-Laki kelahiran 9 Mei ini sempat mencicipi pahitnya menjadi mahasiswa rantau di Kota Gudeg.
Tanpa pekerjaan tetap dan dukungan ekonomi orang tuanya, Alif nekat bertahan di Yogyakarta.
"Kamu tidak punya uang ya, kemasi saja barang-barangnya. Besok kamarmu akan ditempati orang lain," kata Alif mengenang peristiwa diusir dari rumah indekos saat tengah malam.
Meski harus hidup dan tidur di lingkungan kampus, tidak lantas membuat Alif pasrah akan keadaan. Berbekal tekad, Alif mencoba peruntungan di dunia make up effect pada 2014.
Perjalanan Alif dalam menjalani perannya sebagai make up effect pun tidak mudah. Ia rela tidak dibayar demi mendapatkan banyak relasi.
Bahkan, Alif rela berpuasa karena tidak memiliki cukup uang.
"Kalau diingat saya puasa Daud sampai berhari-hari," ujar Alif.
Â
Â
Mengadu Nasib ke Jakarta
Alif mengadu nasib di Jakarta. Di ibu kota, Alif bergabung ke dalam beberapa production house film layar lebar.
Setelah menggeluti dapur produksi film layar lebar, Alif merasa ekosistem film layar lebar tidak lagi menguntungkan.
"Saya merasa produksi film layar lebar yang membutuhkan make up effect berkurang. Akhirnya saya banting setir untuk belajar make up yang lebih banyak dibutuhkan," ucap Alif.
Tiga tahun bertahan hidup di Jakarta, Alif memutuskan untuk kembali ke Yogyakarta. Ia kembali membangun seluruh usahanya dari nol.
Berbagai pekerjaan pun ia jalani, mulai dari menjadi MC hingga menjadi penonton bayaran.
"Sayangnya, kondisi dunia entertainment di Yogyakarta juga lesu. Akhirnya saya kembali merias pada 2017," ucap Alif.
Semua jerih payah yang dilakukan Alif mulai membuahkan hasil saat ia diminta menjadi narasumber pelatihan make up effect untuk dokter-dokter spesialis Indonesia.
"Pengalaman itu membuat saya semakin semangat mematahkan stigma pemuda kampung seperti saya ini bisa sukses juga," Kata Alif.
Berhasil mengharumkan namanya sebagai MUA profesional di Yogyakarta, tidak lantas membuatnya lupa kampung halaman. Meski ia mengaku memiliki banyak pengalaman kurang menyenangkan, Alif tetap memutuskan untuk pulang.
"Saya bermotif balas dendam, dalam arti ingin menunjukan bahwa saya anak yang hidup serba susah dapat meraih apa yang saya ingingkan," kata Alif.
Â
Advertisement
Patahkan Stigma
Ia bisa mematahkan semua stigma buruk tentang dirinya. Kemahirannya mempercantik rupa orang membawa Alif didapuk sebagai MUA beberapa acara bertaraf insternasional.
Alif pernah dipercaya menjadi hairstyle Miss Supranational Malaysia 2022, Hairstyle dan Makeup 21 Finalis Man Of the Years International hingga Model Of the Year Putri Bali 2022. Ia juga sering bekerja dengan artis-artis ibu kota.
Tidak hanya sukses sebagai MUA bertaraf internasional, Alif juga berhasil merintis wedding organizer yang diberi nama Aleya Wedding Organizer Bali.
"Saya bersyukur ada di titik ini, dapat membuat rumah yang nyaman untuk anak saya dan membiayai saudara saya. Hal yang bertahun-tahun lalu hanya angan-angan" ujar Alif.
Kini, kondisi Alif berubah 180 derajat. Ia tidak lagi mengalami kesulitan ekonomi seperti saat pertama kali meninggalkan Bali.
"Berdiri dan bergerak lah di atas mimpimu karena sejatinya bermimpi tanpa bergerak bagaikan kaki tanpa tulang. Bangun dan lakukanlah," ucap Alif.