Sukses

4 Bangunan Ikonis di Kota Solo Ini Jadi Saksi Sejarah Kemerdekaan Indonesia

Berikut beberapa bangunan ikonis Solo yang menjadi saksi sejarah kemerdekaan Republik Indonesia.

Liputan6.com, Solo - Kota Solo menjadi salah satu wilayah di Indonesia yang banyak menyimpan sejarah sebelum kemerdekaan Indonesia. Terdapat banyak bangunan ikonis yang menjadi saksi bisu dari berbagai peristiwa sejarah.

Mengutip dari surakarta.go.id, berikut beberapa bangunan ikonis Solo tersebut:

1. Gedung Djoeang 45

Gedung Djoeang 45 berlokasi di Jalan Mayor Sunaryo No.4, Kelurahan Kedunglumbu, Kecamatan Pasar Kliwon Gedung ini dibangun oleh pemerintahan Hindia Belanda pada 1876-1880.

Awalnya, Gedung Djoeang 45 digunakan sebagai fasilitas pelayanan bagi tentara Belanda dengan nama cantienstraat. Nama tersebut berarti jalan kantin.

Namun, peran bangunan ini berubah ketika Benteng Vastenburg tak lagi mencukupi sebagai asrama militer untuk tentara Belanda. Akhirnya, gedung ini beralih fungsi menjadi asrama militer (Solosiehoe Internaat).

Gedung Djoeang 45 pun menjadi saksi perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan. Selanjutnya, gedung ini dijadikan markas militer.

 

2 dari 3 halaman

2. Monumen 45 Banjarsari

Monumen 45 Banjarsari berlokasi di Setabelan, Kecamatan Banjarsari. Monumen ini didirikan untuk mengenang Peristiwa Serangan Umum Empat Hari pada 7-10 Agustus 1949.

Pertempuran yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Ignatius Slamet Riyadi dan Mayor Achmadi ini melibatkan para pejuang, pelajar, mahasiswa, serta anggota dari TNI dan Tentara Pelajar (TP). Pertempuran tersebut bertujuan untuk memukul mundur pasukan Belanda di Kota Solo dan sekitarnya. Monumen 45 Banjarsari pun menjadi simbol perjuangan yang tersembunyi di antara bangunan rumah warga.

3. Monumen Pasar Nongko

Monumen Pasar Nongko berada di Jalan Prof. DR. Supomo No.105, Punggawan, Kecamatan Banjarsari. Sama seperti Monumen 45 Banjarsari, monumen ini juga menjadi bagian dari kenangan Peristiwa Serangan Umum Empat Hari di Kota Solo. Monumen Pasar Nongko memiliki nilai sentimental karena menampilkan nama-nama pahlawan yang telah gugur dalam pertempuran.

 

3 dari 3 halaman

4. Tugu Kebangkitan Nasional (Tugu Lilin)

Tugu Kebangkitan Nasional atau Tugu Lilin juga merupakan salah satu bangunan ikonik di Kota Solo. Tugu ini dibangun untuk memperingati 25 tahun berdirinya Boedi Oetomo.

Pendirian tugu ini dicetuskan oleh perwakilan masyarakat Solo yang menghadiri Kongres Indonesia Raya I pada 1931 di Surabaya. Pada November 1933, Pakubuwono X memberikan izin untuk membangun bangunan ikonik di Kota Solo tersebut. Namun, Pemerintah Hindia Belanda sempat memberikan reaksi keras terhadap pembangunan tugu.

(Resla Aknaita Chak)

Video Terkini