Sukses

UGM Andil Atasi Masalah Sampah Sleman dengan TPS Terintegrasi Sinduadi

Penutupan TPA Piyungan membuat masalah sampah di Sleman dan Kota Yogyakarta semakin mencuat. UGM ingin menjadi bagian penting dalam menangani masalah sampah di masyarakat terutama di tingkat Kelurahan di Sleman. Seperti apa program TPS Terintegrasi Sinduadi dari UGM ini?

Liputan6.com, Yogyakarta - Mengantisipasi masalah sampah yang semakin besar karena penutupan TPA Piyungan Bantul, Universitas Gadjah Mada  bersama Kalurahan Sinduadi, Kapanewon Mlati, Sleman mendirikan TPS Terintegrasi Sinduadi Gumregah Gayeng Regeng Senin (14/8/2023). 

Menurut Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat dan Alumni UGM Dr. Arie Sujito mengatakan penutupan TPA Piyungan menjadi momentum bagi Kalurahan bersama dengan akademisi menyelesaikan masalah sampah di tingkat desa secara mandiri. 

“Sampah menjadi perhatian kita untuk bersama-sama memecahkan masalah itu bahkan bisa memunculkan inovasi yang tumbuh antara kampus dan komunitas,” ujarnya Senin (14/8/2023).

Menurut Lurah Sinduadi, Senen, menceritakan bahwa pembangunan TPS terintegrasi mandiri di wilayahnya akhirnya terwujud setelah sempat mengalami kendala sejak 2019 karena pendanaan dengan akademisi UGM. Walau kapasitas pengelolaan  masalah sampah ini hanya seperempat dari target 18 ton sampah yang bisa dikelola setiap hari namun ia bersyukur TPST ini mulai bisa beroperasi. 

“Kami merencanakan 18 ton per hari akan bisa tercapai 2-4 bulan mendatang dan kita harapkan Sinduadi bisa zero sampah,” ujarnya.

Sementara itu Dosen Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik UGM,  Wiratmi,  menjelaskan salah satu teknologi yang dikembangkan dalam pengelolaan sampah mandiri di Sinduadi ini adanya aplikasi teknologi penghilang bau.  menurutnya munculnya bau menyengat dari sampah disebabkan banyaknya kandungan air dalam sampah yang sudah terkontaminasi bakteri. 

“Kita buat teknologi untuk memeras cairan dalam sampah yang biasa kandungan airnya bisa mencapai 70 persen,” jelasnya.

Sementara teknologi lain yang akan segera dikembangkan menjadikan pupuk cair. Yaitu cairan sampah yang masuk ke mesin bioreaktor untuk diubah menjadi pupuk cair diolah dengan kondisi tertutup sehingga mampu mengurangi bau. 

“Keuntungan lainnya volume padat bisa lebih kecil sehingga kita tidak perlu ruangan lebih besar untuk kelola sampah jadi kompos atau maggot. Kita juga memasukkan teknologi aerasi dengan memasukkan oksigen sehingga bisa menghasilkan pupuk cair secara cepat dan baik  dan tidak meninggalkan bau,” ujarnya.

  Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo  mengatakan TPS Terintegrasi Mandiri ini merupakan hasil kerja sama dengan kampus UGM sebagai percontohan dalam pengelolaan masalah sampah mandiri di kelurahan Sleman. 

“Kita  ingin sampah bisa dikelola dan diselesaikan di tingkat kelurahan. TPS ini menjadi pilot project di kelurahan Sleman,” ungkapnya.

Bupati mengapresiasi ide dan hasil inovasi dari kerjasama antara pemerintah desa dengan berkolaborasi dengan UGM sehingga menghasilkan teknologi dalam pengelolaan sampah secara mandiri. 

“Kita harus berani melakukan inovasi dan mendekatkan hal ini dengan adanya dampak peningkatan perekonomian dari badan usaha kelurahan masing-masing,” katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.