Sukses

Saat Peserta Gorontalo Karnaval Karawo Memukau Ribuan Penonton

Karnaval Karawo adalah salah satu festival yang bertujuan mempopulerkan Karawo atau kain sulaman Gorontalo. Festival Karawo pertama kali digelar pada Desember 2011 silam dan hingga kini dilaksanakan.

Liputan6.com, Gorontalo - Gorontalo Karnaval Karawo (GKK) 2023 berlangsung meriah. Jumlah warga yang melihat langsung pagelaran tahunan itu sangat banyak. Di antara mereka, banyak pula wisatawan mancanegara.

Karnaval Karawo adalah salah satu festival yang bertujuan mempopulerkan Karawo atau kain sulaman Gorontalo. Festival Karawo pertama kali digelar pada Desember 2011 silam dan hingga kini dilaksanakan.

"Festival ini kami tunggu-tunggu setiap tahun, tahun ini digelar merih lagi," kata Endah Kartika, salah satu warga Bone Bolango saat berada di lokasi festival.

"Wow, kali ini penampilan peserta semua memukau ya, bangga dengan Gorontalo," imbuhnya.

Sementara itu, Penjabat Gubernur Gorontalo, Ismail Pakaya mengatakan, kegiatan tersebut dapat menjadi ajang promosi wisata dan ekonomi kreatif. Ia juga mengharapkan kegiatan GKK dapat menjadi momentum bangkitnya sektor pariwisata Gorontalo.

“Besar harapan saya melalui kegiatan ini akan membuka lapangan pekerjaan, memajukan para pelaku UMKM dan ekonomi kreatif, menjadi wadah kreativitas para pekerja seni, dan yang paling penting adalah meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan kita,” kata Ismail di Lapangan Taruna Kota Gorontalo, Sabtu (19/8/2023).

Kegiatan yang telah dinanti-nantikan setelah sempat lengang selama masa pandemi itu, tahun ini hadir dengan mengusung tema 'Gorontalo Hospitality, a Local Pride For Globat Tourism”. Tema yang diangkat pada GKK tahun ini sangat selaras dengan falsafah hidup masyarakat Gorontalo, yang menjunjung tinggi adat istiadat dan budaya.

“Kalau mau lihat falsafah budayanya masyarakat kita, lihat saja dari pagelaran sore ini, bagaimana ornamen budaya dan peragaan paduan karawo bertema lokal yang ditampilkan sangat kaya, begitu juga keramahan masyarakat kita dalam menerima para tamu,” imbuhnya.

Diketahui, GKK masuk dalam salah satu dari 110 Karisma Event Nusantara (KEN). KEN merupakan event kolaborasi Kemenparekraf dengan pemerintah daerah untuk menaikkan citra pariwisata. Menjadi even yang masuk KEN bukan hal yang mudah, karena harus melalui akurasi yang sangat ketat dari Kemenparekraf.

GKK tahun ini dilaksanakan selama satu hari, mengusung tema outdoor, dengan beberapa rangkaian acara seperti Lomba Mewarnai Karawo oleh Siswa SMP, Lomba Mo Desain Karawo, Lomba Foto dan Video, Karnaval Karawo, serta akan diakhiri dengan Fashion Show Karawo.

 

Simak juga video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Sejarah Sulaman Karawo

Kain karawo merupakan kain tradisional khas masyarakat Gorontalo. Tidak hanya sekedar kain, karawo menjadi bagian penting masyarakat Gorontalo. Kain karawo mengandung nilai-nilai sejarah leluhur. Keberadaan kain tradisional ini melekat dengan budaya dan tradisi masyarakat setempat.

Kain karawo juga menjadi simbol identitas dan kebanggaan masyarakat Gorontalo. Arti kata "karawo" dalam bahasa setempat adalah sulaman. Kemudian, kain karawo diartikan sebagai “kain yang disulam”. Dalam sejarahnya, tradisi untuk menyulam kain karawo ini sudah ada sejak turun temurun.

Warisan pembuatan wastra ini diperkirakan sudah ada dari abad ke-17. Ada cerita unik terkait kain ini ketika zaman Belanda.

Tradisi menyulam kain karawo sempat hendak dihilangkan pemerintah Belanda. Namun secara diam-diam, masyarakat setempat tetap melestarikan sulaman kain karawo secara turun-temurun.

Kain Karawo merupakan produk seni budaya yang khas dari Gorontalo dan memiliki nilai seni yang tinggi karena pembuatannya dilakukan secara manual yang sangat rumit. Keterampilan dalam pembuatan seni karawo hanya dimiliki oleh kaum wanita yang diwariskan secara turun-temurun sejak zaman kerajaan di Gorontalo.

Karawo menggunakan berbagai motif yang berbeda dan menjadi kerajinan tangan andalan di daerah tersebut. Ornamen karawo pada bahan tekstil dibuat melalui proses desain, pengirisan, dan pencabutan serat tekstil untuk membuat bidang dasar dan penyulaman kembali serat tekstil untuk membentuk motif tertentu.

Teknik pembuatan karawo sering disebut "merusak" kain, karena si perajin harus mencabuti dan mengiris benang pada kain polos berdasarkan luas dan batas bidang yang akan disulam. Semua jenis kain dapat digunakan sebagai media karawo, terutama yang memiliki serat vertikal dan horizontal seperti katun, linen, sifon, sutra, dan lainnya.

Semakin halus kain yang digunakan, maka semakin sulit proses pembuatannya terutama dalam mengiris dan mengurai benang. Sebagai contoh, kain sutra.

Kain karawo digunakan dalam berbagai acara adat dan keagamaan di Gorontalo. Hal ini juga membuat kain ini memiliki nilai simbolis yang tinggi bagi masyarakat setempat dan menjadi identitas budaya Gorontalo dan menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat setempat.