Sukses

Pengusaha Tambang Ingkar Janji Lagi, Emak-Emak di Pegunungan Kendeng Pati Blokade Jalan

Komitmen para pengusaha tambang batu kapur Pegunungan Kendeng Utara ternyata hanya manis di bibir saja.

Liputan6.com, Pati - Komitmen para pengusaha tambang batu kapur Pegunungan Kendeng Utara di Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah ternyata hanya manis di bibir saja. Buktinya, mereka kembali ingkar janji dan tidak memenuhi tuntutan warga Desa Wegil Sukolilo, terkait dampak yang ditimbulkan lalu lintas ratusan truk tambang.

Untuk kedua kalinya, para perempuan yang didominasi kaum emak-emak desa setempat, terpaksa memblokade jalan raya Sukolilo Pati-Kudus, Senin (21/08/2023). Warga mengaku kesal karena tuntutan terkait debu truk tambang, ternyata tidak digubris para pengusaha tambang batu kapur di Pegunungan Kendeng.

Padahal dalam kesepakatan bersama dalam pertemuan di kantor Kecamatan Sukolilo pada Rabu (9/8/2023) lalu, para pengusaha tambang yang hadir sepakat memenuhi sejumlah tuntutan warga. Saat pertemuan berlangsung antara warga dan pengusah galian C, juga didampingi beberapa perangkat Desa Gadudero, Desa Balaiadi dan Desa Wegil.

Kala itu, warga pun menyampaikan tuntutan mereka. Mulai dari debu, masalah muatan yang diturunkan sembarangan, penyiraman jalan dan jam operasional truk. Serta aksi kebut-kebutan truk tambang yang dianggap meresahkan warga.

Dari pertemuan yang dimediasi Camat Sukolilo saat itu, empat poin tuntutan dan telah disepakati. Pihak kecamatan juga meminta sopir truk menggunakan terpal, untuk menutup muatan galian C. Namun beberapa hari berjalan, komitmen yang telah dibuat tersebut diingkari para pengusaha tambang.  

Puncak dari kekesalan warga Desa Wegil, akhirnya mereka turun jalan dengan memblokade barisan truk tambang galian C yang melintas di Jalan Raya Sukolilo-Babalan Kudus, Senin (21/08/2023). Tak hanya itu saja, hujan debu akibat lalu lalang truk tambang juga mengganggu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sejumlah sekolah di Desa Wegil.

Bahkan para siswa SDN 1 Wegil pun harus menutup hidungnya dengan tangan, memakai masker dan peralatan seadanya agar tak menghirup debu. Sejumlah orang tua yang menjemput anak mereka sepulang sekolah, banyak yang menggunakan masker.

Lembaga pendidikan lainnya seperti Madrasah Diniyah Al Futuhiyah, Taman Pendidikan Al Qur’an Futuhul Qur’an dan SLB Futuhiyah di Desa Wegil juga ikut terdampak debu.

Sementara itu, Kepala Desa Wegil Heri Priyanto mengatakan, warganya yang didominasi para perempuan kembali turun ke jalan, karena tuntutan mereka tidak ditindaklanjuti oleh para penambang.

"Itu karena tidak ditindaklanjuti masalah, penyiraman jalan karena debu truk tambang, kesepakatan tidak dilaksanakan, ini tadi demo yang lebih besar lagi," kata Heri kepada wartawan, Senin (21/8/2023).

Akibat aksi emak emak itu, sempat terjadi kemacetan hingga 1,5 jam dan akhirnya mau membubarkan diri. Hal itu karena antrean panjang truk tambang yang akan melintas dari Pegunungan Kendeng Sukolilo menuju arah Kudus.

Menurut Heri, warga dan penambang telah dipertemukan kembali. Warga siap beraksi lebih besar lagi, jika para penambang tidak menuruti permintaan warga.

"Kemarin tidak ada penyiraman, jam kerja harus ditepati benar-benar, kalau tidak ditindaklanjuti akan demo ke tambang langsung. Tadi saya pertemukan antara pihak penambang dengan warga, mulai besok penyiraman diberikan warga Wegil biar bisa dilaksanakan," kata Heri.

 

2 dari 2 halaman

Debu Truk Tambang Ganggu Warga

Sekadar diketahui, masifnya aksi penambangan batu kapur di Pegunungan Kendeng Utara, kini makin mengkhawatirkan. Tak hanya mengancam lingkungan alam saja. Namun juga berdampak pada pemukiman warga, serta aktivitas kegiatan belajar dan mengajar (KBM) di sekolah di wilayah Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.

Maraknya penambangan di wilayah Pati selatan ini, tentu banyak lalu lalang truk bermuatan galian C di jalan raya yang dilalui. Akibatnya, memicu polusi debu dan beterbangan dipemukiman warga. Parahnya lagi, dampaknya membuat aktivitas KBM di SD Negeri 1 Wegil, Kecamatan Sukolilo sangat terganggu.

Pihak SD setempat sempat kebingungan, lantaran debu banyak mengotori halaman sekolah hingga masuk ruangan kelas dalam beberapa bulan ini. Para guru harus bekerja ekstra tiap pagi dan siang hari membersihkan debu, supaya para siswa nyaman belajar di kelas.

"Kami harus menyiram halaman dengan air sehari sekali dan rajin menyapu ruang kelas, akibat debu dari puluhan truk muatan tambang yang melintas di depan sekolah," ujar A Zaini, penjaga sekolah di SDN 1 Wegil saat ditemui tim Liputan6.com, Senin (14/8/2023).

Menurut Zaini, beberapa waktu lalu ada sekitar delapan orang siswa yang sakit secara bersamaan. Namun demikian, pihaknya belum bisa memastikan apakah siswa itu sakit akibat polusi debu atau penyebab lainnya.

(Arief Pramono)Â