Sukses

Pesona Kampung Batik Kauman Solo yang Menyatukan Tradisi dan Modernitas

Kampung Batik Kauman Solo memiliki gaya arsitektur khas Jawa dan Belanda pada bangunan-bangunannya. Kesan klasik masih melekat pada kampung ini.

Liputan6.com, Solo - Kampung Batik Kauman di Solo berada di tengah keramaian kota. Tak hanya unggul dengan seni membatik, kawasan ini juga menyajikan keindahan yang sangat cocok diabadikan dalam foto-foto indah.

Kampung Batik Kauman juga dihiasi kafe-kafe kekinian. Para wisatawan biasanya bersantai di kafe tersebut sambil menikmati suasana sekitar.

Sesuai namanya, kampung ini memang kental dengan kesenian membatiknya yang melegenda. Namun, kampung yang menjadi destinasi wisata Solo ini juga menggabungkan tradisi dan modernitas dengan begitu apik.

Dengan demikian, Kampung Batik Kauman bisa menjadi destinasi wisata sejarah sekaligus tetap bisa berinteraksi dengan sentuhan kontemporer. Hal ini juga menjadi salah satu strategi agar batik tak terpinggirkan oleh modernisasi.

Mengutip dari surakarta.go.id, Kampung Batik Kauman Solo memiliki gaya arsitektur khas Jawa dan Belanda pada bangunan-bangunannya. Kesan klasik masih melekat pada kampung ini.

Para pengunjung bisa menikmati suasana kampung sekitar dengan berjalan kaki melewati gang-gang kecil. Dengan demikian, pengunjung akan lebih bisa menikmati setiap sudut keindahan Kampung Batik Kauman.

Sementara itu, tradisi membatik telah mendarah daging dalam kehidupan penduduk Kampung Kauman sejak zaman Pakubuwono III. Seiring berjalannya waktu, tradisi ini masih tetap terjaga dan memiliki tempat istimewa dalam bentuk Kampung Wisata Batik pada 2006.

Para pengunjung pun bebas menyelami proses kreatif yang ada di balik kain-kain berwarna indah. Kampung Batik Kauman Solo menjadi bukti betapa tradisi dan modernitas bisa bersatu. Soal kuliner, Kampung Batik Kauman juga telah dihiasi beberapa tempat yang menyajikan kuliner jadul hingga kuliner masa kini, mulai dari Huna Coffee, Kooken Café&Resto, Pelipur Kopi, WESJA Indonesia, dan Ndalem Kartowikoro 1835 Coffee&Eatery.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak