Liputan6.com, Jombang - Seorang penulis bernama Muhammad As’ad mengatakan, kehidupan literasi di pesantren dari masa ke masa terus berkembang. Jika dulu ketika waktu luang, para santri mengunjungi perpustakaan. Kini, banyak santri malah sering menghabiskan waktu membaca di kamar akibat padatnya jam belajar.
Tidak bisa dipungkiri aktivitas membaca menjadi bagian dari kehidupan di pesantren. Dengan cara itulah para santri mempelajari dan menambah keilmuannya. Belajar ilmu adalah nomor satu di dalam pesantren, baik ilmu dunia maupun ilmu akhirat.
Baca Juga
"Apa yang terjadi di dunia dapat kita ketahui dari membaca dan dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari," ujar pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz atau yang akrab disapa Gus Kikin, saat Safari Literasi Duta Baca Indonesia (DBI) di Jombang, Rabu, (23/8/2023).
Advertisement
Gus Kikin kemudian berpesan kepada para santri agar istiqomah memberikan ilmu sebagai warisan kebaikan agar tidak ada generasi yang bodoh.
Pustakawan Utama Perpustakaan Nasional RI, Abdullah Sanneng, menambahkan seperti yang disampaikan dalam sebuah hadis Rasulullah SAW, bila ingin selamat di dunia harus dengan ilmu, pun ketika ingin selamat di akhirat harus dengan ilmu. Lalu, darimana ilmu itu? Ilmu itu datangnya dari membaca, baik membaca Al-Qur'an atau buku pengetahuan lainnya. Ini sesuai perintah Allah yang pertama diturunkan kepada manusia, yakni iqro, yang artinya bacalah.
"Membaca tidak terlepas dari kehidupan kita. Jadi, sangat jelas dan tegas agar setiap penuntut ilmu agar memiliki kebiasaan menulis atau mencatat. Proses menyimpan ilmu tidak hanya ada di kepala, tapi juga harus ada dalam berbagai rangkuman dan catatan yang disebut khazanah keilmuan," ungkap Abdullah.
Kaitan antara manfaat intelektual dari membaca dan aspek spiritualitas sangat dekat. Dengan kata lain, orang yang senang membaca, termasuk membaca ayat Allah di alam semesta mampu mengantarkan manusia menjadi cerdas. Manusia yang baik dari sisi ukhrawi, terlebih lagi dari sisi duniawi.
Senada dengan Abdullah, Tokoh Literasi Jombang, Yusron Aminullah, juga mengajak masyarakat untuk banyak membaca. Bukan hanya membaca buku sebagai referensi, namun juga membaca alam sekitar.
"Bila tidak pernah membaca maka mustahil untuk bisa menulis," tegas Yusron.
Tingkat Kegemaran Membaca di Jombang
Sementara itu, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Jombang Hari Subagyo mengatakan, angka TGM (Tingkat Kegemaran Membaca) masyarakat Jombang menempati peringkat 10 se-Jawa timur. Maka dari itu, pihaknya terus berupaya untuk meningkatkan kegemaran membaca baca salah satunya dengan mengadakan Mobil Perpustakaan Keliling.
Pesantren Tebuireng sejak awal didirikan terus berkomitmen dengan dunia pendidikan dan berkembang mengikuti peradaban zaman. Saat ini, Tebuireng telah memiliki belasan lembaga pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Talk show "Membaca Itu Sehat, Menulis Itu Hebat" merupakan upaya nyata dalam mendukung kecintaan terhadap literasi di Indonesia, yang kian penting di tengah perkembangan teknologi yang amat cepat. Kegiatan ini bertujuan dikhususkan mampu menginspirasi generasi muda untuk lebih aktif dalam membaca dan menulis. Selain talkshow, juga dirangkaikan dengan pelatihan Bimbingan Teknis Literasi menulis yang diikuti oleh 30 peserta.
Advertisement