Sukses

Hidup Dikepung Hoaks, Simak Inspirasi Seorang Romo di Wonosobo

Hoaks atau kabar bohong sudah ada sejak zaman purba, hanya mengalami komodifikasi saja.

Liputan6.com, Wonosobo - Namanya Matheus Widyolestari. Biasa menuliskan namanya Matheus Widyolestari MSC. Embel-embel MSC di belakang namanya adalah singkatan dari Missionariorum Sacratissimi Cordis Iesu. 

Ia adalah seorang pastor paroki Santo Paulus Wonosobo. Ada yang unik dalam setiap aksinya. Memanfaatkan lagu-lagu Jawa saat menyampaikan homili atau khotbah, hingga membawa pesan melawan hoaks.

"Dalam Injil itu semua kan bisa disesuaikan dengan kondisi terkini," kata Romo Widyo.

Tak berhenti sampai disitu, dalam setiap kunjungan ke umatnya, di sela obrolan dan candanya ia selalu menyelipkan pesan antihoaks.

Hoaks alias kabar bohong, ternyata sudah ada sejak dahulu. Bentuknya selalu berubah.

Menurut Romo Widyo, hoaks bisa berarti informasi yang tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya. Bisa dikatakan sebagai berita bohong atau palsu.

"Salah satu cara kerja hoaks yang terjadi saat ini adalah dengan mengulang-ulang sebuah kisah bohong, oleh banyak orang. Makin banyak yang mereproduksi makin cepat ia diyakini sebagai sebuah kebenaran," katanya.

Romo Widyo kemudian berkisah bentuk-bentuk hoaks yang sudah ada sejak dulu. 

Dalam kitab Kejadian 39: 1-23 dikisahkan bahwa istri Potifar awalnya sangat tertarik dengan Yusuf, tapi berulang kali godaannya ditolak. Suatu ketika, saat Istri Potifar menggoda, Yusuf lari dan meninggalkan bajunya bersama istri Potifar. Karena kesal, dibuatnyalah fitnah terhadap Yusuf bahwa ia telah diperkosa. Potifar dan para pegawainya lebih percaya istri Potifar.

 Ada lagi dalam kitab lain. Alkisah ada seorang anak muda dari Amalek datang kepada Daud untuk membawa kabar kematian Saul dan Yonatan. Ternyata apa yang dikatakannya bertolak belakang pada kejadian yang sebenarnya. Saul sebenarnya bunuh diri bukan dibunuh oleh pemuda Amalek ini. Tapi orang Amalek ini sengaja berbohong karena ia pikir bisa mendapatkan penghargaan dari Daud.

Ia berpikir Saul adalah musuh Daud, sehingga jika ia membunuhnya, ia berjasa karena telah membantu Daud untuk membunuh musuhnya. Tapi ia salah. Daud sangat menghormati Saul karena pernah diurapi oleh Tuhan, dan baginya kabar ini adalah dukacita. Akhirnya orang Amalek ini dihukum mati.

Kisah ketiga diambil dari surat 2 Raja-raja 5: 1-27. Diceritakan Gehazi adalah hamba Nabi Elisa. Saat itu ada panglima Raja Aram, namanya Naaman yang sedang sakit kusta. Pelayan dari isterinya, seorang anak perempuan menganjurkan agar Naaman pergi ke Elisa dan meminta pertolongan Tuhan.

Setelah Naaman menuruti perintah Elisa untuk mandi tujuh kali di sungai Yordan, ia sembuh. Naaman kemudian mendesak Elisa untuk menerima hadiah pemberiannya tapi ia menolak, karena kesembuhan itu datang dari Tuhan.

Gehazi melihat penolakan Elisa sebagai sesuatu yang tidak tepat. Ia menyusul Naaman lalu berkata bahwa ada 2 nabi muda datang ke Elisa. Elisa menyuruhnya untuk meminta 3.000 uang perak dan dua setel pakaian untuk nabi tersebut.

Naaman memberikan lebih dari permintaan Gehazi. Dan ternyata, Gehazi meminta hadiah tersebut untuk dirinya sendiri. Elisa yang tahu kebohongan Gehazi akhirnya marah. Penyakit kusta Naamanpun berpindah ke Gehazi.

"Dari kisah ketiga orang ini, terlihat jelas bahwa kabar bohong sangat berbahaya . Apalagi saat ini yang bisa direproduksi dengan sangat cepat dalam hitungan detik. Jadi saya kira menjadi salah satu tanggung jawab saya sebagai imam Katolik untuk mengajak umat lebih berhati-hati dan lebih cerdas menyikapi segala kabar," katanya.

Berita baik sekalipun, misal kisah sukses seorang Ketua RT, namun disampaikan berlebihan dan kebanyakan bumbu dramanya untuk meneguhkan heroismenya pada dasarnya termasuk hoaks juga. 

"Maka dalam perspektif alkitab, kita harus jeli melihat mana gandum mana ilalang dan harus bersikap cerdik seperti ular namun tulus seperti merpati," tambahnya.

Video Terkini