Sukses

Literasi Bentuk Karakter Anak, Shahnaz Haque: Keluarga Jadi Pondasinya

Ketidaktahuan orang tua dalam menyelami karakter anak bisa menjadi penyebab anak kurang terasah kemampuannya.

Liputan6.com, Lamongan - Pemaknaan literasi dipahami tidak hanya sebatas kerja keras anak saat belajar. Ketidaktahuan orang tua dalam menyelami karakter anak bisa menjadi penyebab anak kurang terasah kemampuannya.

Pegiat literasi keluarga yang juga sekaligus publik figur Shahnaz Haque memaparkan, ada tiga jenis belajar anak yang bisa dipelajari dalam melihat potensi anak.

"Ada anak yang bergaya visual, audiotori, dan kinestetik," ungkap Shahnaz pada talkshow Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM) di Pendopo Lokatantra Kabupaten Lamongan, Senin (28/8/2023).

Tipe belajar visual yakni dimana anak melihat dan mencermati. Tipe auditori adalah gaya belajar anak mendengar dan menyimak secara intensif. Dan gaya belajar kinestetik merupakan gaya belajar anak yang dominan menyentuh dan melakukan.

"Keluarga jadi pondasi keterampilan literasi dan pembudayaan literasi membentuk karakter anak," tambah Shahnaz.

Pentingnya keluarga sebagai pembentuk literasi anak dipahami betul oleh Bupati Lamongan Yuhronur Efendi. Menurutnya, Indonesia akan menjadi salah satu lima negara besar di tahun 2045.

"Ketika itu Indonesia memasuki masa Indonesia emas sehingga pengayaan literasi penting untuk anak saat ini," ujar Yuhronur.

Dia menambahkan pemerintah daerah Lamongan terus mendorong kualitas manusia agar memiliki daya saing besar meski dengan sumber daya alam terbatas.

 

2 dari 2 halaman

Stigma Bangsa Rendah Literasi

Dalam perspektif berbeda, anggota Komisi X DPR-RI Zainuddin Maliki menyebutkan adanya pergeseran kekuatan global dari dunia Barat ke Asia mendesak Indonesia harus segera bangkit agar memiliki kekuatan ekonomi yang tangguh.

Selama ini, kita sering mendengar negara-negara, seperti Jepang, Korea Selatan, China, Singapura, dan India telah menjadi kekuatan ekonomi dunia.

"Oleh karena itu, kita mengharapkan dengan kekuatan literasi, Indonesia mampu bangkit keluar dari stigma sebagai bangsa yang rendah literasi," imbuh Zainuddin.

Kendalanya, lanjut Zainuddin, alokasi anggaran untuk pengembangan perpustakaan dan literasi belum naik secara signifikan. Masih kisaran Rp600 miliar. Sama dengan anggaran yang dimiliki Dinas Pendidikan Kabupaten Lamongan.

"Kita berupaya paling tidak ditingkatkan menjadi Rp1 triliun agar literasi bisa didongkrak, lanjut Zainuddin.

Dukungan terhadap peningkatan literasi juga ditunjukkan Bunda Literasi Lamongan Anis Kartikawati. Di katakan bahwa selama ini program pembinaan keluarga selalu bertalian dengan program literasi milik pemerintah.

"Secara rutin, ia bersama seluruh bunda baca se-Lamongan rutin mengadakan pembacaan buku cerita anak-anak oleh Bunda PAUD, perpustakaan keliling, dan memanfaatkan saluran YouTube untuk pembacaan cerita setiap hari Kamis," urai Anis.

Sementara itu, Pustakawan Utama Perpusnas Sri Sumekar menekankan pentingnya sumbangsih keluarga membangun kecerdasan bangsa. Pola asuh keluarga merupakan fondasi dalam membangun kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual anak.

"Manusia Indonesia yang unggul dimulai dari potensi keluarga yang cerdas karena membaca," kata Sri Sumekar.