Liputan6.com, Gorontalo - Meski musim kemarau hingga saat ini melanda Provinsi Gorontalo, harga sejumlah komoditas bumbu dapur terpantau aman. Hanya ada beberapa komoditi yang harganya mengalami fluktuasi.
Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Provinsi Gorontalo mencatat, terjadi penurunan harga cabai rawit pada tanggal 25 Agustus 2023. Dari harga Rp32.917 per kilogram menjadi Rp32.083 per kilogram.
Advertisement
Baca Juga
Hal yang sama terjadi pada cabai merah keriting yang turun dari harga sebelumnya Rp37.917 menjadi Rp37.083 per kilogram. Namun tidak dengan komoditi bawang putih di pasar tradisional Gorontalo yang mengalami kenaikan harga.
“Jika cabai rawit dan cabai keriting turun, harga komoditi bawang putih mengalami kenaikan sebesar Rp42.917 dari yang sebelumnya Rp42.083 per kilogram. Dan untuk harga bawang merah mengalami penurunan dari Rp28000 menjadi Rp27.917 per kilogram,” kata Kabid Statistik, Dinas Komunikasi Informatika Debby Habibie.
Sementara harga komoditi lainnya seperti gula pasir dan tepung terigu stabil Rp16.000 hingga Rp13.000 per kilogram. Untuk minyak goreng, minyak kemasan premium dan minyak goreng curah dilaporkan juga stabil dengan masing-masing harga Rp16.000, Rp22.000, dan Rp15.300 per kilogram.
“Untuk komoditi beras sendiri dilaporkan stabil pada tanggal 21-24 Agustus 2023 dengan harga Rp13.542, tapi pada tanggal 25 Agustus 2023 mengalami kenaikan 0,16% menjadi Rp13.565 per kilogram,” ujarnya
Terakhir dilaporkan daging sapi dan telur ayam, stabil dengan harga masing–masing Rp130.000 dan Rp32.000 per kilogram di tanggal 21-25 Agustus 2023. Untung daging ayam sendiri di tanggal 24 Agustus alami kenaikan di harga Rp29.750 per kilogram, tetapi di tanggal 25 Agustus mengalami penurunan Rp1.000 menjadi Rp28.750 per kilogram.
“Data diperoleh setiap harinya di lokasi pasar sentral Kota Gorontalo harapannya angka ini tetap stabil, sehingga inflasi di Provinsi Gorontalo terus terkendali dengan baik,” katanya.
Simak juga video pilihan berikut:
Penyebab Harga Bawang Naik
Sementara itu, salah satu pedagang di pasar tradisional Gorontalo Pian(35) mengungkapkan adanya kenaikan harga bawang putih. Menurutnya, jika pedagang di Gorontalo hanya berharap pasokan bawang putih dari luar.
"Jelas kalau musim kemarau seperti ini, harga bawang putih di Gorontalo naik. Karena komoditi ini bukan ditanam di Gorontalo," kata Pian.
Rata-rata pedagang rempah di Gorontalo, memasok bawang putih dari Sulawesi Selatan. Jadi, tak heran jika harganya terus merangkak naik.
"Kalau musim hujan, pasti turun. Namun, sekarang harganya naik yang disebabkan oleh pasokan kurang," katanya.
"Provinsi Gorontalo saat ini masih musim kemarau, bisa jadi di Sulawesi Selatan juga kemarau. Karena Gorontalo dan Sulawesi Selatan masih satu daratan," tuturnya.
Selain itu, dengan iklim yang makin tak menentu, kata dia, petani tidak mau ambil resiko menanam bawang putih dan lebih memilih komoditas lain seperti jagung, padi dan sayuran.
"Pasokan bawang putih berasal dari Surabaya dan Makassar sehingga pedagang lokal terpaksa mengikuti kenaikan harga dari para pemasok," ia menandaskan.
Advertisement