Sukses

Ragam Istilah Unik yang Jadi Ciri Khas Bahasa Warga Solo

Warga Solo memang kerap menggunakan dialek, bahasa, atau istilah khas Solo.

Liputan6.com, Solo - Bahasa memiliki keunikan masing-masing di setiap daerah, termasuk Kota Solo. Terdapat beberapa istilah unik yang hanya akan terdengar dari masyarakat lokal setempat.

Warga Solo memang kerap menggunakan dialek, bahasa, atau istilah khas Solo. Istilah-istilah ini biasanya digunakan untuk bahan obrolan atau komunikasi sehari-hari.

Istilah tersebut pun akhirnya menjadi bahasa khas yang diwariskan secara turun-temurun. Mengutip dari surakarta.go.id, beberapa istilah yang banyak digunakan warga Solo, di antaranya teh mondo, teh kampul, pokokmen, cagak ting, hingga protelon.

Teh mondo merupakan istilah untuk menyebut wedang teh yang disajikan tidak terlalu manis. Sementara teh kampul atau teh krampul digunakan untuk menyebut wedang teh yang disajikan dengan irisan jeruk nipis atau jeruk peras. Tambahan jeruk pada teh kampul memberikan sensasi segar saat diseruput.

Selanjutnya ada istilah pokokmen yang berarti pada dasarnya. Ada juga cagak ting yang digunakan untuk menyebut tiang listrik.

Kata cagak ting diambil dari kata cagak dan ting. Cagak berarti tiang, sedangkan ting adalah suara yang timbul saat tiang dipukul.

Selain itu, ada juga istilah protelon untuk menyebut pertigaan jalan. Sedangkan untuk mengatakan biarkan, masyarakat Solo menggunakan istilah tekno atau tekke.

Bukan itu saja, masih banyak istilah unik lainnya yang menjadi ciri khas masyarakat Solo. Sebut saja witekno yang berarti menjadi penyebab atau digunakan untuk mengganti kata lalu, hingga penggunaan imbuhan og, ik, dan ki untuk mengganti istilah kok dalam bahasa Indonesia.

Beberapa istilah unik khas Solo lainnya adalah gene atau geneo (kenapa), nyat (ya), bau (buruh kasar), tumpek blek (tumpah ruah), merkengkong (tanggung atau nanggung), jagong atau njagong (kondangan, menghadiri, undangan hajatan), lengo pet (minyak tanah), dan gambar corek (film kartun atau animasi). Selain itu ada juga bangjo (lampu lalu lintas atau traffic light), mokmen (razoa atau operasi tilang polisi), horog (ekspresi terkejut atau heran), jirih (penakut), pit (sepeda kayuh atau sepeda motor), gayeng (menyenangkan), dan oglangan (mati listrik).

(Resla Aknaita Chak)