Sukses

Ridal Anak Makassar, Bermain Mangrove Menjaga Lingkungan

Banyaknya hadiah dan keseruan bermain di lumpur menjadi motivasi awal. Ujungnya ia malah jadi penjaga mangrove pesisir Makassar

Liputan6.com, Jakarta Namanya Muh Ridal. Ia siswa SD Inpres Tallo Tua kelas lima. 

Pagi-pagi ia sudah bangun dan mempersiapkan diri berangkat sekolah. Pakaian seragamnya sederhana dan dikenakan dengan rapi.

Ia lalu membantu ibunya mempersiapkan dagangan berupa panganan. Makanan kecil itu hendak ia bawa ke sekolah dan dijual kepada teman-temannya.

"Ridal itu anak yang sopan. Ia kalau bicara pelan dan nadanya rendah," kata temannya.

Meskipun sibuk, Ridal tetaplah anak-anak. Ia bermain seperti anak-anak lainnya.

Dua tahun lalu, Ridal mendengar informasi tentang penanaman mangrove di kampungnya, Karabba, Kecamatan Tallo. 

Ridal langsung bersemangat ingin ikut bergabung. Motivasinya sederhana, bisa bermain di lumpur. Ya itulah motivasi awal ia terlibat dalam gerakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

"Juga terasa hebat dan bangga bisa bergabung dengan kakak-kakak mahasiswa," kata Ridal

Saat itulah motivasi awal bermain lumpur pelan-pelan berubah menjadi kebanggaan bisa menanam mangrove.

"Hebakke nakke allamunga bakau segang mahasiswa," kata Ridal dalam bahasa Makassar . (Saya hebat ikut menanam Mangrove dengan mahasiswa)

Di Kampung Karabba, Kelurahan Tallo, Kecamatan Tallo, peran Ridal dicatat oleh sebuah organisasi lingkungan hidup Forum Komunitas Hijau (FKH) Makassar. Isi catatannya, ia adalah murid merdeka belajar dan belajar merdeka tingkat dua. 

Ridal dan kawan-kawannya telah mengikuti pendidikan dasar lingkungan hidup oleh FKH Makassar di pesisir pantai utara Makassar.

"Waktu itu saya masih kelas tiga, sekarang saya sudah kelas lima. Kami belajar di bawah pohon sebelum bisa menanam Mangrove. Kami juga diajari tidak buang sampah sembarangan oleh kakak- kakak mahasiswa. Kami juga dilatih bergotong royong dan dikasih hadiah jika menyelesaikan misi," kata Ridal kepada Liputan6.com Selasa (29/8/2023). 

 

2 dari 2 halaman

Menanam Lebih Dini, Segar Terasa Kemudian

Kondisi cuaca sangat panas. Angin dari laut menyibak rimbunan daun mangrove. Suasana menjadi lebih adem dan segar. Saat Ridal ngobrol dengan Liputan6.com di pesisir pantai, Ridal memanggil Rusman. Ia adalah teman seangkatan dalam program Merdeka Belajar, Belajar Merdeka.

"Ini teman saya yang juga selalu ikut tanam bakau. Dia baru pulang sekolah, tapi baru kelas empat di SD Inpres Tallo Tua," Ridal menjelaskan. 

Ridal dan Rusman tak hanya bisa dan biasa menanam mangrove. Mereka berdua bisa menjelaskan jenis-jenis mangrove dan yang cocok ditanam di pesisir Makassar.

"Yang kami tanam adalah bakau jenis Rhizophora. Ia cepat tumbuh lebat dan akarnya rimbun," kata Ridal.

Rusman juga mengaku ikut bangga menjadi bagian komunitas menanam mangrove. Awalnya hanya senang karena mendapat hadiah.

"Sekarang saya tahu, selain dapat hadiah, juga mendapatkan ilmu pengetahuan. Padahal kita cuma bantu tancap bambu (Ajir) dan mengikat batang pohon mangrove," kata Rusman tertawa. 

Mereka kemudian pamer bahwa hasil kegiatan mereka saat ini sudah dihinggapi burung, dan banyak ikan di kawasan mangrove dekat rumahnya. 

"Juga kepiting dan tiramnya sangat banyak," kata Ridal.

Aryanti, mahasiswa Universitas Hasanuddin mengaku bangga dengan sikap dan perilaku anak pesisir Tallo yang begitu antusias mengikuti kelas belajar merdeka, merdeka belajar. Khususnya kelas perlindungan pengelolaan lingkungan hidup. 

"Cuaca ekstrim membawa dampak luar biasa di tengah perubahan iklim yang melanda semua negara dan wilayah di Indonesia. Ini hanya edukasi dini bahaya dan dampak perubahan iklim terhadap anak," katanya.

Matahari sudah semakin condong ke barat. Ridal dan teman-teman masih berada di pantai yang panas. Tentu akan lebih panas jika tak ada mangrove diantara mereka. Dan mangrove itu mereka sendiri yang menanam.

Video Terkini