Sukses

Nirok Nanggok, Cara Unik Masyarakat Belitung Tangkap Ikan di Musim Kemarau

Pada zaman dulu, tradisi tangkap ikan ini sering diadakan di desa-desa bagian daratan Belitung.

Liputan6.com, Belitung - Masyarakat Belitung memiliki tradisi unik menangkap ikan di musim kemarau, yaitu nirok nanggok. Pada musim kemarau, masyarakat sekitar akan bersama-sama menangkap ikan di sungai atau danau kecil.

Mengutip dari berbagai sumber, selain sebagai tradisi, nirok nanggok juga menjadi salah satu cara tradisional masyarakat Belitung untuk menangkap ikan. Mereka menggunakan beberapa alat tradisional, seperti tirok berupa tombak kayu bermata besi runcing dan tanggok berupa keranjang rotan berbingkai kayu.

Dari alat-alat itu pula lahirlah nama nirok nanggok yang berasal dari tirok dan tanggok. Pada zaman dulu, tradisi tangkap ikan ini sering diadakan di desa-desa bagian daratan Belitung. Musim kemarau panjang menjadi alasan kegiatan ini bisa dilaksanakan.

Saat kemarau, debit air sungai akan menyusut dan sebagian membentuk kubangan. Dalam bahasa Belitung kondisi ini disebut lembong. Ikan-ikan yang berada di lembong pun akan ditangkap dalam jumlah yang banyak.

Meski hanya terdengar sebagai kegiatan mencari ikan biasa, tetapi ada rangkaian panjang yang harus dilalui sebelum melakukan nirok nanggok. Dalam beberapa rangkaian tradisi ini, ada tahap yang bersifat sakral dan berisi peraturan ketat yang tak boleh dilanggar.

 

2 dari 2 halaman

Dukun Kampung

Prosesi tradisi ini biasanya dipimpin oleh dukun kampung. Para pemuka kampung dan penduduk setempat juga ikut menghadiri prosesi ini.

Sebelum pelaksanaan nirok nanggok, dukun kampung dan dukun air akan menentukan waktu dan tanggal terbaik untuk pelaksanaan nirok nanggok. Setelah itu, dukun kampung dan dukun air akan menentukan dan meninjau lokasi yang tepat untuk penyelenggaraan tradisi ini.

Pasalnya, tidak semua sungai, lembong, atau amau yang surut bisa digunakan untuk nirok nanggok. Hanya sungai surut yang memiliki banyak ikan saja yang bisa digunakan untuk nirok nanggok.

Setelah menemukan lokasi yang tepat, dukun kampung dan dukun air akan memberi tahu masyarakat untuk menyiapkan alat tirok dan tanggok. Masyarakat pun akan berbondong-bondong menuju lokasi dengan membawa alat masing-masing. Usai doa dipanjatkan, nirok nanggok pun bisa dilaksanakan.

Selain sebagai aktivitas menangkap ikan, tradisi ini juga bertujuan untuk menyatukan masyarakat dan melestarikan tradisi. Nirok nanggok selalu dilakukan beramai-ramai, bahkan bisa mencapai ratusan orang.

Setiap orang akan memegang satu tombak. Mereka berdiri saling berdekatan sambil menusuk-nusukkan tombaknya ke dalam air secara acak.

Banyaknya tombak yang menghujam dasar sungai membuat ikan yang terkena hantaman tirok tidak bisa berenang menjauh. Alhasil, ikan pun bisa didapatkan dalam jumlah banyak dalam tradisi nirok nanggok ini.

(Resla Aknaita Chak)