Liputan6.com, Solo - Tak hanya menyimpan kisah kejayaan industri batik, Kampung Batik Laweyan di Solo juga menyimpan kisah perjuangan hebat para perempuan. Adalah Mbok Mase, julukan untuk para perempuan Laweyan yang menjadi juragan atau pemilik usaha batik di kampung tersebut.
Pada zaman dahulu, sebutan Mbok Mase sering disematkan ke para entrepreneur atau wirausaha perempuan di zaman kejayaan Kampung Batik Laweyan. Sebutan ini menggambarkan perempuan atau istri yang tangguh.
Advertisement
Baca Juga
Mereka dianggap tangguh karena tetap menjadi juragan batik dengan bekerja untuk mengembangkan kerajinan atau industri batik miliknya sekaligus menjadi perempuan yang tidak meninggalkan tanggung jawabnya sebagai istri atau ibu rumah tangga. Mengutip dari surakarta.go.id, peran perempuan di Kampung Laweyan memang sudah dikenal sangat ulet dan bertanggung jawab.
Mereka menjadi perajin batik tulis yang menggunakan canting untuk memberikan motif pada kain mori putih. Untuk membuat sketsa, tetesan, goresan, garis, serta lengkung yang keluar dari ujung canting, membutuhkan kelenturan, kesabaran, dan olah rasa.
Keberadaan Mbok Mase seolah memberikan nilai lebih pada kain batik. Batik kemudian tidak sekadar dipandang sebagai sebuah kain yang indah dengan beragam motif, tetapi lebih pada proses membatik yang dilatarbelakangi dengan sebuah tekad, keikhlasan, dan kerja keras para perajinnya.Â
Â
Bekerja Detail
Mereka bekerja dan mengurusi secara detail bisnis batik yang dikelolanya. Pada saat-saat tertentu, mereka juga beraktivitas layaknya ibu rumah tangga, seperti memasak dan menemani makan suami serta anak-anaknya.
Mbok Mase juga mengurus pendidikan anak-anaknya. Setelah tugas domestik selesai dikerjakan, mereka kembali ke dunia pekerjaannya dan berbaur dengan para perajin batik.
Peran Mbok Mase membuat industri batik di Kampung Batik Laweyan menjadi semakin besar dan dapat bertahan lama. Jasa dan peran mereka menjadi poros penting sebagai penggerak ekonomi di Laweyan.
Adapun sumber daya manusia yang bekerja sebagai perajin batik banyak direkrut dari warga sekitar Kampung Laweyan. Perekrutan tenaga tersebut juga menjadi urusan Mbok Mase.Â
Sementara itu, jika Mbok Mase memiliki anak perempuan, mereka juga akan mendidik sang anak untuk bisa setangguh ibunya. Anak perempuan yang disebut Mas Rara ini akan diajarkan tata krama, sopan santun, dan rasa hormat kepada suami.
Proses alih generasi ini berlangsung selama beberapa generasi. Sayangnya, hal ini sudah mulai luntur di zaman ini.
Meski demikian, kejayaan juragan batik yang dikelola para Mbok mase masih bisa dilihat hingga kini. Terdapat rumah-rumah kuno besar berarsitektur indah dan berkualitas yang dulu digunakan sebagai industri batik sekaligus tempat tinggal juragan-juragan kaya. Â
(Resla Aknaita Chak)
Advertisement