Sukses

Pendaki Nafas Tua Indonesia Imbau Pendaki Gunung Tak Buang Puntung Rokok Sembarangan

Komunitas Pendaki Nafas Tua Indonesia turut prihatin dengan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang belakangan sering terjadi.

Liputan6.com, Kudus - Peristiwa kebakaran hutan yang terjadi lereng Gunung Sumbing Kabupaten Wonosobo serta di kawasan hutan lainnya di Indonesia, direspons cepat oleh Pendaki Nafas Tua Indonesia. Komunitas pencinta alam ini, turut prihatin atas kejadian kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

Ketua Pendaki Nafas Tua Indonesia, Budi Kotakkotak mengaku langsung menerbitkan instruksi meminimalisir dan mengantisipasi terjadinya Karhutla. Peringatan itu ditujukan kepada ribuan anggota Pendaki Nafas Tua, yang anggotanya tersebar di seluruh penjuru Nusantara.  

“Kami menginstruksikan kepada para pendaki gunung di seluruh Indonesia, untuk turut serta meminimalisir kebakaran yang terjadi di hutan,” ujar Budi disela-sela peringatan HUT ke 2 Pendaki Nafas Tua, di Wanawisata Ternadi Pegunungan Muria Kudus, Minggu (3/9/2023).

Musim kemarau ekstrim yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2023 ini, kata Budi, dampaknya sangat luar biasa. Selain kekeringan dan kelangkaan air bersih, pengaruhnya juga memicu rawan kebakaran.

“Kami instruksikan tegas kepada para pendaki gunung agar tidak sembarangan membuang puntung rokok. Selain itu, harus mematikan puing-puing bekas api unggun dengan pemadaman yang sempurna,” ucap  Budi dengan nada tegas.

Apalagi saat musim kemarau saat ini, lanjut Budi, kawasan hutan banyak ranting pohon dan rerumputan yang kering. Tentu kondisi tersebut sangat rawan terjadinya kebakaran.

“Kami juga menghimbau para pendaki gunung untuk membawa dan mempersiapkan alat pemadaman ringan (Apar), untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan saat berada di hutan,” imbuh pria yang berasal dari Kota Surabaya, Jawa Timur ini.

Budi menambahkan, anggota komunitas Pendaki Nafas Tua berjumlah sekitar 42 ribu orang. Mereka tersebar di penjuru Nusantara, mulai dari Aceh, Sumatra, Kalimantan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur hingga Indonesia bagian timur.

 

2 dari 2 halaman

Kebakaran di Gunung Sumbing Dipadamkan

Sekedar diketahui, aparat kepolisian dari Polda Jateng hingga kini masih menyelidiki penyebab kebakaran di lereng Gunung Sumbing, Kabupaten Wonosobo, Jumat (1/9/2023).  Kebakaran ini terjadi di kawasan petak 29-1 dan meluas ke petak 29-2. Dari dua lokasi petak ini, luasan lahan yang terbakar total mencapai lebih dari 240 hektare.

Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Pol Satake Bayu Setianto, menyebutkan sebanyak 1.117 personel gabungan yang terdiri dari unsur TNI, Polri, BPBD, Tagana, dan relawan diterjunkan menangani kebakaran sejak Sabtu (2/9/2023) dini hari hingga siang hari ini.

“Pemantauan titik api sampai hari Sabtu pukul 17.15 WIB nihil. Malam hari, petugas akan kembali melaksanakan patroli guna mengantisipasi munculnya titik api,” ujar Satake dalam keterangan tertulisnya kepada awak media.

Untuk mengantisipasi adanya korban jiwa akibat kebakaran di Gunung Sumbing itu, kata Satake, petugas telah melakukan pendataan, terutama pada para pendaki. Selain itu, tim gabungan juga telah berupaya meminimalisasi api agar tidak menyebar dan mendekat ke permukiman penduduk.

“Petugas telah melaksanakan evakuasi, para pendaki telah sampai di basecamp dengan selamat, total sejumlah 88 pendaki yang teregristrasi,” imbuhnya.

Sebelum peristiwa Karhutla di Gunung Sumbing terjadi, Kapolda Jawa Tengah, Irjen Pol Ahmad Luthfi juga telah meminta jajarannya memetakan kawasan rawan terdampak kekeringan serta Karhutla yang ada di daerahnya.

Langkah tersebut dilakukan jajaran Polda Jawa Tengah, mengingat kondisi cuaca di musim kemarau kali ini rawan bencana kekeringan dan karhutla. Terlebih prediksi musim kemarau ini, akan berlangsung lebih panjang akibat dampak fenomena El Nino.

“Polri harus ikut menyikapi potensi terjadinya bencana kekeringan dan karhutla ini,” kata Kapolda Jawa Tengah, Irjen Pol Ahmad Luthfi dalam keterangannya di Semarang, Jawa Tengah, Senin (7/8/2023).

Kapolda juga meminta jajarannya untuk aktif berkoordinasi dengan institusi terkait untuk melakukan aksi nyata dalam mengantisipasi bahaya karhutla. Hal ini penting untuk mendukung kecepatan cara bertindak di lapangan.

“Lakukan lapor cepat dan temukan dengan cepat. Begitu ada kejadian kebakaran, kehadiran Polri wajib ada di lokasi dan silahkan berkoordinasi dengan stakeholder yang ada di wilayah tegasnya masing- masing,” pungkasnya. (Arief Pramono)

Video Terkini