Liputan6.com, Karawang - Muhammad Panji atau akrab disapa Panji Petualang, sempat putus asa. Bahkan, dia telah memberikan bunga dan pesan terakhir kepada istrinya, lantaran pesimis bisa sembuh dari penyakit diabetes yang ia derita belum lama ini.
Saat ditemui Liputan6.com di Rumah Sehat Kang Haris atau terapis yang memiliki nama lengkap Haris Priyatna di Kampung Narogtog, Desa Tegallega, Kecamatan Ciampel, Kabupaten Karawang, Panji sempat mengutarakan curhatannya.
Ayah tiga anak kelahiran 27 Juli 1989 ini pun, tak menyangka akan menderita penyakit Diabetes di usianya yang masih relatif muda itu. Panji pun lantas bercerita awal mula penyakitnya diketahui. Yakni, saat dirinya menjalani pengobatan untuk luka di jari kelingkingnya yang digigit ular peliharaannya beberapa waktu lalu
Advertisement
Kondisi jari kelingkingnya itu, sudah menghitam dan nyaris busuk. Panji pun sudah meyakini, jika jarinya harus diamputasi. Selain lukanya tak kunjung membaik, dia juga merasakan perbedaan dari kondisi tubuhnya.
"Selain jari kelingking menghitam, setelah digigit ular itu bawaannya lemes terus dan selalu ingin tidur setelah makan. Selain itu, berat badan pun menurun drastis. Yang tadinya berat badan Panji itu 80 kilogram, jadi sekitar 40 kilogram," ujar Panji, Sabtu (9/9/2023).
Selain itu, dia pun merasa aneh sebab kerap terbangun saat tidur malam karena kerap merasa ingin buang air kecil. Tak hanya itu, bekas urine di kamar mandi itu selalu dikerubuti semut.
Dari situlah, Panji bercerita ke istrinya, Nenty Estevany. Panji, kemudian mendatangi dokter untuk memeriksakan kondisi kesehatannya itu. Alangkah kagetnya dia, saat melihat hasil tes darai menunjukan kadar gulanya 800 mg/dl. Alhasil, Panji pun divonis menderita penyakit diabates.
Panji kemudian disarankan untuk berobat jalan. Salah satunya, dokter menyarankan Panji untuk suntik insulin. Tapi, dasar Panji, pria ini lebih memilih digigit ular ketimbang harus disuntik.
"Jujur, Panji lebih takut disuntik dari pada digigit ular. Makanya, Panji tidak mau disuntik insulin. Selain takut juga merepotkan," ujarnya sambil tertawa renyah.
Seiring berjalannya waktu, kondisi Panji saat itu malah semakin memburuk. Panji pun kembali mencoba berikhtiar untuk penyembuhan penyakitnya. Dia pun, mendapat saran dari rekannya agar berobat ke terapis di kawasan Tangerang.
Sepulang dari terapis itu, Panji diberi obat herbal untuk diminum. Namun, pengobatan medis dan alternatif berdasarkan saran temannya yang ia jalani masih belum membuahkan hasil.
Bukan perubahan, badannya justu semakin kurus dan lemas yang membuat Panji kesulitan beraktivitas. Sejak saat itulah pria berusia 34 tahun ini sangat putus asa. Mentalnya down, karena sudah merasa tidak ada yang bisa diharapkan.
"Sudah down banget. Panji sampai sudah mengirimkan bunga dan pesan terakhir untuk istri. Apalagi, banyak yang bilang kalau diabetes itu penyakit seumur hidup. Tambah redup saja semangat Panji untuk kembali sehat," kata dia bercerita.
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Ada Secercah Harapan
Namun tiba-tiba ada secercah cahaya datang, seiring dengan berkunjungnya tokoh Jawa Barat Dedi Mulyadi ke rumahnya di Desa Cijunti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Purwakarta.
Panji dan Kang Dedi Mulyadi memang sudah lama kenal dan memiliki hubungan emosional yang sangat akrab. Pasalnya, yang menemukan kelebihan Panji di dunia reptil adalah Kang Dedi Mulyadi.
"Bapa (panggilan Panji untuk Kang Dedi), beberapa waktu lalu datang ke rumah. Beliau bertanya, Panji sakit apa? Awalnya saya malu berterus terang. Tapi, akhirnya bisa terbuka juga," ujar Panji.
Mendengar penuturan Panji, Kang Dedi justru malah tertawa. Lantas, mantan Bupati Purwakarta dua periode ini menyarankan Panji untuk berobat ke Kang Haris di daerah Karawang.
Di tengah perbincangannya itu, Kang Dedi lalu menelpon Kang Haris untuk mengobati Panji. Setelah itu, Kang Haris pun datang ke rumah Panji.
Kesan pertama bertemu Kang Haris, Panji sempat meragukanya. Apalagi, dari penampilan Kang Haris saat datang ke rumahnya itu tidak terlihat sebagai sosok yang punya kemampuan luar biasa.
"Bayangkan, Kang Haris datang dengan memakai kaos oblong dan celana pendek. Rambutnya panjang. Pokoknya sangat sederhana. Dalam hati, Masa iya orang hebat penampilannya begini," kata Panji yang kala itu bergumam dalam hatinya.
Namun siapa sangka, di balik kesederhanaannya itu Kang Haris memang bertangan dingin. Panji saat itu hanya diobati dengan cara ditetes ramuan khusus di matanya. Kemudian, beberapa bagian tubuhnya digosok memakai ramuan herbal lalu dipijit ringan.
"Dua kali Panji diobati Kang Haris, sudah terlihat perubahannya," kata dia.
Salah satu perubahan awal yang terasa, itu dari penglihatan Panji yang awalnya sempat blur menjadi lebih terang. Kemudian, nafsu makan berangsur normal dan berat badan juga kembali naik.
Bahkan, yang membuat Panji senang, badannya sudah tidak sakit-sakit lagi. Tenaganya kembali pulih. Serta, kadar gulanya turun drastis yang tadinya mencapai 800 mg/dl menjadi 130 mg/dl.
"Kalau dihitung sampai saat ini, Panji baru empat kali berobat ke Kang Haris. Perubahannya luar biasa. Berat badannya sudah stabil di angka 70 kilogram," kata dia.
Dia sangat berterima kasih ke Kang Dedi Mulyadi. Berkat Kang Dedi, Panji bisa bertemu dan berobat ke Kang Haris. Dirinya juga sangat berterima kasih ke Kang Haris, yang bersedia mengobatinya. Bahkan, Kang Haris mengobati dengan tidak komersil.
"Jika kita berobat ke RS, sudah bisa dibayangkan berapa biaya yang kita habiskan. Tapi, saya memilih datang ke Rumah Sehat Kang Haris, sudah terbukti membuat saya sehat dan tidak membuat kantong kering," jelasnya.
Kini, kondisi Panji sudah kembali sehat. Dia juga berencana akan kembali beraktivitas di dunia yang digelutinya. Yakni, menjaga dan melestarikan lingkungan.
Sementara itu, pemilik Rumah Sehat Kang Haris, Haris Priyatna (43) mengaku turut senang karena kondisi Panji sudah membaik. Adapun metode pengobatan yang ia berikan kepada hanya tetes mata dari ramuan herbal khusus.
"Alhamdulillah, semua atas izin Allah SWT," ujar Kang Haris.
Kang Haris menambahkan, selama ini kebanyakan yang berobat ke Rumah Sehat miliknya itu, mereka yang terkena stroke, lumpuh dan diabetes. Metode pengobatannya juga cukup sederhana. Pasien akan diperiksa dulu keluhannya apa. Setelah itu, pasien akan dikasih tetes mata dan digosok bagian tubuhnya dengan menggunakan ramuan herbal.
"Kalau Panji, rutin ditetes mata dan digosok. Obat yang diminumnya sekali. Sekarang Panji tidak ada pantangan makanan apapun," ucapnya.
Advertisement