Sukses

Badan Geologi Sebut Gempa Magnitudo 6,3 Palu Akibat Mekanisme Sesar Mendatar Palu Koro

kondis wilayah di sekitar lokasi pusat gempa bumi pada umumnya berupa dataran pantai, dataran bergelombang dan perbukitan bergelombang hingga terjal.

Liputan6.com, Bandung - Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan penyebab gempa bumi berkekuatan Magnitudo 6,3 pada kedalaman 10 km tanggal 9 September 2023, pukul 21.43 WIB di dekat daerah Balaesang, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah akibat mekanisme sesar mendatar Palu Koro pada Segmen Donggala Utara.

Menurut Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Muhammad Wafid, kondisi wilayah di sekitar lokasi pusat gempa bumi pada umumnya berupa dataran pantai, dataran bergelombang, dan perbukitan bergelombang hingga terjal.

Berdasarkan data Badan Geologi (BG) daerah tersebut tersusun oleh dominan tanah keras (kelas C) dan sebagian merupakan tanah sedang (kelas D).

"Wilayah ini secara umum tersusun oleh batuan berumur Pra Tersier (batuan metamorf dan metasedimen), Tersier (batuan sedimen dan batu beku) dan endapan Kuarter berupa aluvial pantai," ujar Wafid dalam keterangan tertulisnya, Bandung, Minggu, 10 Septermber 2023.

Wafid menerangkan sebagian batuan berumur Tersier dan Pra Tersier tersebut telah mengalami pelapukan.

Endapan Kuarter dan batuan yang telah mengalami pelapukan pada umumnya bersifat lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi.

Selain itu pada morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan yang telah mengalami pelapukan, berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.

"Kejadian gempa bumi ini diperkirakan tidak berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya sesar permukaan dan bahaya ikutan (collateral hazard) berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi," kata Wafid.

Wafid mengimbau masyarakat untuk tetap tenang, mengikuti arahan dan informasi dari petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan, dan jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami.

Selain itu bagi penduduk yang rumahnya mengalami kerusakan agar mengungsi ke tempat aman sesuai dengan arahan dari BPBD setempat. Wafid merekomendasikan bangunan di Kabupaten Donggala harus dibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi guna menghindari dari risiko kerusakan, dan harus dilengkapi dengan jalur serta tempat evakuasi.

"Oleh karena wilayah Kabupaten Donggala tergolong rawan gempa bumi dan tsunami, maka harus ditingkatkan upaya mitigasi melalui mitigasi struktural dan non struktural," ungkap Wafid.

Kejadian gempa bumi ini telah mengakibatkan terjadinya bencana berupa kerusakan bangunan, dilaporkan tiga rumah penduduk rusak ringan di daerah Balaesang, Kabupaten Donggala.

Menurut data BMKG guncangan gempa bumi di sekitar lokasi pusat gempa bumi terasa pada skala V-VI MMI (Modified Mercalli Intensity), di Kota Palu pada skala IV MMI.

Menurut data BG Kementerian ESDM, sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi terletak pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi tinggi dan menengah.

Kejadian gempa bumi ini tidak menyebabkan tsunami meskipun lokasi pusat gempa bumi terletak di laut, namun tidak mengakibatkan terjadinya deformasi dasar laut yang dapat memicu tsunami.

"Menurut informasi dari The United States Geological Survey (USGS) Amerika Serikat, lokasi pusat gempa bumi terletak pada koordinat 119,771 BT dan 0,005 LU dengan magnitudo (M6,0) pada kedalaman 9,9 km," tukas Wafid.

Gempa bumi ini pula terekam oleh Badan Geologi Jerman GeoForschungsZentrum (GFZ), berlokasi pusat gempa bumi berada pada koordinat 119,85 BT dan 0,01 LU, dengan magnitudo (M5,9) pada kedalaman 10 km.