Sukses

Jangan Asal Sikat Gigi, Ini Cara Menyikat Gigi yang Benar

Banyak yang sering menggosok atau menyikat gigi rutin setiap hari, namun tidak banyak yang sikat gigi dengan benar. Lalu cara menyikat gigi yang benar seperti apa ya?

Liputan6.com, Yogyakarta - Mencegah masalah kesehatan gigi dan mulut dengan menggosok gigi ternyata tidak sebanding dengan cara sikat gigi yang benar di tengah masyarakat. Dekan FKG UGM sekaligus ketua AFDOKGI,  Suryono menyatakan  masyarakat harus sadar untuk menyikat gigi dengan benar dan tidak boleh asal-asalan, salah satunya dengan pemilihan sikat gigi sesuai dengan ukuran mulut, menggosok gigi dengan lembut, dan penggunaan jenis bulu sikat gigi yang tepat.

“Kalau bisa pilih bulu sikat yang lembut karena kalau yang keras bisa merusak atau mengikis lapisan email gigi,” jelasnya di FKG UGM, Selasa  12 September 2023.

Ia menegaskan perilaku membersihkan gigi dengan baik dan benar sebaiknya ditanamkan sedini mungkin oleh keluarga. Dimulai dengan pembiasaan untuk menyikat gigi setidaknya dua kali sehari pada anak-anak.

“Kalau data di Indonesia tadi hanya 2,8 persen masyarakat yang baru menggosok gigi dengan benar. Maka di Yogyakarta ini sudah mencapai 6 persen warganya yang menggosok gigi dengan benar,” terangnya.

Menurutnya tingginya angka cara sikat gigi yang benar di DIY karena edukasi yang dilakukan FKG UGM, pemerintah daerah dan para mitra terkait yang gencar mengedukasi masyarakat  menggosok gigi dengan baik dan benar. 

Hal yang sama diungkapkan oleh Head of Professional Marketing Personal Care Unilever Indonesia, Ratu Mirah Afifah sikat gigi yang benar merupakan salah satu cara untuk mencegah berbagai masalah kesehatan gigi dan mulut.  

”Hanya 2,8 persen masyarakat yang telah menggosok gigi dengan benar dan dilakukan setidaknya dua kali sehari di waktu sebelum tidur dan sesudah sarapan,” jelas Ratu Mirah dalam peringatan Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) 2023.

Menurutnya dengan rendahnya kesadaran masyarakat dalam menyikat gigi yang benar ini berpengaruh terhadap tingginya masalah gigi dan mulut seperti gigi berlubang/karies yang mencapai 88 persen. Hal tersebut semakin diperparah dengan rendahnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kesehatan gigi mulutnya ke dokter gigi secara rutin setiap tahunnya.

“Ternyata 95,5 persen masyarakat Indonesia mengaku tidak pernah ke dokter gigi selama setahun,” ungkapnya dalam kegiatan pemeriksaan dan perawatan gigi gratis bagi 750 siswa sekolah dasar dan anak berkebutuhan khusus dan masyarakat di DIY dalam rangkaian kegiatan Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) 2023 

Ratu Mirah mengatakan bahwa tren konsumsi gula masyarakat kini kian meningkat setiap tahunnya. Bahkan proyeksi hingga akhir tahun 2023  konsumsi gula di masyarakat naik hingga 9 persen dibanding tahun 2019.  

“Kita tidak bisa sepenuhnya menghindari gula. Namun konsumsinya bisa dibatasi dan dibarengi dengan perilaku menyikat gigi yang benar dan rutin berkunjung ke dokter gigi,” paparnya.

Ketua Umum PB PDGI,  Usman Sumantri, mengatakan guna mewujudkan kesehatan gigi dan mulut di masyarakat harus dibarengi dengan akses ke dokter gigi yang memadai. Sementara hingga saat ini jumlah dokter gigi di Indonesia saat ini masih belum ideal atau terbatas. 

“Jumlah dokter gigi semua ada 43 ribuan, termasuk dokter gigi umum dan spesialis. Sementara yang spesialis itu kurang dari 5 ribu jadi masih sangat kurang dan itu kebanyakan dokter gigi berkumpul di kota-kota,” terangnya. 

Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X menyatakan penyakit gigi dan mulut masih menjadi persoalan kesehatan di Indonesia. Oleh sebab itu kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut di masyarakat perlu ditingkatkan dengan cara edukasi sikat gigi yang benar.

“Mari bersama-sama kita tingkatkan semangat kepedulian dan komitmen untuk melakukan gerakan nyata membangun kesehatan gigi untuk mewujudkan senyum Indonesia sehat,” ucapnya.