Sukses

Lembaga Adat Minta Polisi Bebaskan 43 Warga Melayu

Selain menembakkan gas air mata, polisi menangkap 43 demonstran dengan alasan memicu keributan.

Liputan6.com, Batam - Lembaga Adat Melayu (LAM) menyesalkan tindakan polisi yang membabi buta menembakkan gas air mata ke gedung LAM Batam.

Sekretaris LAM Kota Batam, Raja Muhammad Amin, mengatakan ketika polisi menyerbu gedung LAM Batam berisi anak-anak Melayu yang istirahat. 

"Dan mereka yang dituduh menjadi dalang kericuhan di BP Batam," kata Raja.

Anak-anak Melayu itu beristirahat usai bergabung dengan para peserta long march. Mereka bergabung karena merasa senasib sebagai anak Melayu sehingga memberikan dukungan kepada warga pulau Rempang. Bukan hanya itu, namun juga Rempang Galang.

"Ada yang tengah makan siang, ada juga yang sedang salat. Mereka kaget ketika pasukan keamanan gabungan langsung masuk, dengan alasan menyisir para demonstran yang membuat kericuhan di BP Batam," kata Raja.

Raja menyebut penembakan gas air mata ke gedung LAM secara membabi buta dengan tujuan untuk meminta orang yang mereka cari keluar dan menyerahkan diri. Akibatnya kaca jendela di gedung simbol marwah Melayu itu pecah hancur berantakan.

"Ini jelas yang merusak petugas keamanan? Masuk pidana?" tanya Raja.

Penembakan gas air mata ke gedung LAM itu sangat melukai hari orang Melayu. Pihaknya meminta permintaan maaf secara terbuka.

"Sehingga peribahasa yang selalu kita dan mereka ucapkan di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung tidak hanya dijadikan sebagai pemanis bibir saja di bumi Melayu bumi bertuah ini," katanya.

Selain itu, LAM Kota Batam mendesak polisi agar membebaskan 43 warga Melayu yang ditangkap usai bentrokan antara polisi dan masa demonstran.

Sekretaris LAM Kota Batam menyebut sikap itu merupakan hasil rapat dan musyawarah perwakilan lembaga adat di 12 kecamatan di Kota Batam. Rapat tersebut digelar di Gedung Lembaga Adat Melayu, Nong Isa.

Video Terkini