Sukses

Kampung Angklung Nempel, Kampung Perajin Angklung di Ciamis yang Jadi Destinasi Wisata

Kampung Angklung Nempel menjadi sentra pembuatan angklung lain selain Saung Angklung Udjo di Bandung.

Liputan6.com, Ciamis - Alat musik tradisional angklung telah ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO. Untuk menjaga kelestariannya, di Ciamis terdapat Kampung Angklung yang menjadi sentra perajin alat musik ini.

Kampung Angklung Nempel menjadi sentra pembuatan angklung lain selain Saung Angklung Udjo di Bandung. Kampung ini berada di Kampung Nempel, Desa Panyingkiran, Ciamis, Jawa Barat.

Karena berada di Kampung Nempel, beberapa orang juga menyebut kampung ini sebagai Kampung Angklung Nempel. Mengutip dari Visit Ciamis, produksi alat musik angklung di wilayah ini dinahkodai oleh Alimudin atau yang lebih dikenal dengan nama Kang Mumu. Awalnya, produksi angklung merupakan sebuah home industry.

Selanjutnya, masyarakat di Kampung Nempel pun bahu-membahu untuk melestarikan pembuatan angklung. Bahkan, jumlah perajinnya kini mencapai ratusan orang.

Kampung Angklung di Ciamis dideklarasikan pada 2014. Hingga akhirnya, alat musik angklung hasil karya Kampung Angklung Nempel pun menjadi produsen terbesar yang ada di Jawa Barat.

Soal kualitas tak perlu diragukan lagu. Para pengrajin angklung ini bahkan dipercaya memasok angklung ke setiap daerah hingga mancanegara.

Selain menjadi tempat produksi, Kampung Angklung Nempel juga kerap menjadi destinasi wisata. Para wisatawan bisa melihat proses pembuatan angklung sekaligus belajar memainkannya.

Sebagai informasi, proses pembuatan angklung dimulai dengan pemilihan bambu. Bambu tersebut kemudian dijemur dan dipotong-potong sesuai ukuran dan nada yang diperlukan.

Hasil potongan ini kemudian dicuci dan dijemur hingga kering. Potongan bambu yang telah kering tersebut kemudian diberi corak batik.

Untuk alat melukis corak biasanya menggunakan semacam solder listrik. Pada proses ini diperlukan ketelitian.

Selanjutnya, potongan-potongan bambu tersebut dipernis untuk menambah daya artistik dan ketahanan bahan. Selesai dipernis, potongan angklung tersebut juga kembali dijemur hingga kering untuk kemudian dirangkai dan diikat dengan menggunakan tali rotan atau bambu.

Langkah selanjutnya adalah mengatur penyesuaian nada. Sebelum dijual ke pasaran, angklung akan disimpan selama 1-3 hari untuk memantau kualitas bahan dan nada. Jika setelah jumlah hari yang ditentukan kualitas bahan dan nadanya mengalami perubahan, maka akan diperbaiki ulang.

Kehadiran Kampung Angklung Nempel di Ciamis menambah khazanah wisata budaya di Indonesia, khususnya Jawa Barat. Wisatawan semakin memiliki banyak pilihan untuk menghabiskan liburan di akhir pekan.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak