Sukses

Kelezatan Dinangoi, Makanan Pengganti Nasi Para Raja di Sulawesi Utara

Dulunya, makanan ini memang menjadi kebutuhan makanan sehari-hari oleh masyarakat Kotamobagu. Bahkan, sebelum indonesia merdeka, kuliner Dinangoi sudah ditemukan.

Liputan6.com, Sulut - Ada makanan khas tradisional Sulawesi Utara (Sulut) yang cukup populer. Namanya Dinangoi, konon, makanan ini berasal dari Kotamobagu, Sulut yang sampai sekarang masih banyak dikonsumsi warganya.  

Dulunya, makanan ini memang menjadi kebutuhan makanan sehari-hari oleh masyarakat Kotamobagu. Bahkan, sebelum indonesia merdeka, kuliner Dinangoi sudah ditemukan.

Dinangoi sendiri merupakan makanan berbahan dasar yang sederhana. Sagu, kelapa muda dan garam menjadi badan utama makanan yang menjadi kebanggan warga Sulut itu.

Saking enaknya, semua kalangan masyarakat terutama suka dengan kuliner ini. Baik tua maupun anak muda. Tidak hanya enak, makanan terkenal dengan karbohidrat dan protein tinggi yang mencapai 84.7 gram.

Tak heran, jika cemilan ini sudah populer hingga keluar Kotamobagu. Makanan ini sudah bisa ditemukan di Bolaang Mongondow Utara, Manado hingga Gorontalo.

"Sudah banyak yang menjual Dinangoi, dulu waktu zaman penjajahan kan susah untuk mendapatkan beras. Nah, makanan ini adalah pengganti nasi kala itu," kata Imu Hasan warga Kota Manado kepada Liputan6.com.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Makanan Kerajaan

Hasan bercerita, orangtuanya menceritakan bahwa Dinangoi merupakan makanan kedatuan atau kerajaan. Bahkan, Dinangoi merupakan makanan elit atau menjadi asupan kalangan pejabat kerajaan.

"Orang tua saya yang bercerita, Dinangoi makanan elit para raja Bolaang Mongondow. Jadi memang kuliner ini sudah melegenda sejak dulu," ungkapnya.

Hingga kini, Dinangoi adalah hidangan sederhana namun lezat. Untuk membuatnya pun, cukup mudah. Dengan masukkan sagu ke dalam wadah penggorengan kecil, taburi gula pasir dan panaskan.

Pemanasan dilakukan selama satu menit sampai gula meleleh dan menyatu dengan sagu. Sesuaikan api agar dinangoi matang secara merata. Bisa diangkat ketika mengeluarkan aroma harum.

Paling bagus, api yang dihasilkan dari tungku yang menggunakan kayu bakar. Hal itu dilakukan, agar Dinangoi mendapatkan rasa yang lebih khas.

Hidangan ini biasanya tersaji pada pagi atau sore hari. sebagai camilan atau makanan ringan bersama keluarga atau teman.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.