Liputan6.com, Mamuju Tengah - Hama ulat api menyerang ratusan hektare tanaman kelapa sawit milik petani di Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat (Sulbar). Petani makin resah lantaran sebab serangan itu sudah mengurangi produksi kelapa sawit mulai 25 hingga 75 persen dalam rentang 3 tahun terakhir.
Ulat api merupakan hama yang paling ditakuti dalam perkebunan kelapa sawit. Hal ini karena ulat api sudah dapat menyerang tanaman pada tahap pembibitan, yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi pohon sawit di masa mendatang.
Advertisement
Baca Juga
Data Dinas Perkebunan Sulbar, ulat api menyerang kurang lebih 239 hektare kebun sawit di Mamuju Tengah. Tiga kecamatan terdampak hama itu, yakni Budong-budong, Topoyo dan Pangale, Budong-budong menjadi kecamatan terparah dimana 205 hektare perkebunan terserang ulat api.
Kabid Perlindungan Perkebunan Dinas Perkebunan Sulbar, Hartati Pawelloi mengatakan, untuk mengantisipas penyebaran ulat api, pihaknya melakukan pengasapan (fogging). Hal itu dilakukan Tim Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) berkerjasama dengan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Mamuju Tengah.
"Kita juga melakukan pemasangan perangkap sederhana dengan cahaya lampu dilengkapi dengan kolam air (light trap)," kata Hartati, Sabtu (16/09/23).
Hartati menambahkan, serangan hama ulat api ini sudah dilaporkan ke Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian. Pengendalian melalui pengasapan ini merupakan tindaklanjut atas laporan mereka dan dipantau langsung tim pusat yang melibatkan lebih beberapa pihak termasuk penyuluh dan pemerintah desa.
"Hasil monitoring pengendalian yang dilakukan minggu sebelumnya seluas 60 hektare dengan cara fogging cukup efektif. Sehingga hal itu terus kita lakukan," ujar Hartati.
Sedangkan, Kabid Perkebunan Dinas Ketapang dan Pertanian Mamuju Tengah, I Wayan Purnayase mengatakan, petani sangat khawatir jika hama ulat api tidak segera dilakukan pengendalian. Luas serangan hama ini berpotensi akan terus bertambah dan menyebar ke lahan sawit yang ada disekitar lahan yang terdampak.
"Kami berharap agar hama ini dapat segera dikendalikan untuk meminimalisir kerugian petani," tutup Wayan.