Sukses

Dapat SK TORA dari Jokowi, Warga 3 Kabupaten di Sulawesi Tenggara Bisa Kelola Lahan Sekitar Hutan

Tiga kabupaten di Sulawesi Tenggara mendapat SK TORA, ketiganya yakni Buton Tengah, Kota Baubau, dan Muna Barat.

Liputan6.com, Kendari - Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menyerahkan Surat Keputusan (SK) Biru Tanah Objek Reforma Agraria (TORA) kepada 3 kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara. Ketiganya yakni, Kota Bau-Bau, Kabupaten Muna Barat, dan Kabupaten Buton Tengah.

Penyerahan ini dilakukan saat acara puncak festival LIKE (Lingkungan, Iklim, Kehutanan, dan Energi Baru Terbarukan) oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Senin (18/09/2023) di GBK Jakarta.

Penjabat Gubernur Sulawesi Tenggara, Andap Budhi Revianto mengatakan, ini merupakan progam pemerintah memberikan akses legal bagi masyarakat di kawasan sekitar hutan. Akses dimaksud, untuk mengelola dan menyertifikasi lahan.

TORA adalah tanah yang dikuasai negara yang kemudian diredistribusikan dan dilegalisasi kepemilikannya oleh masyarakat. Dengan adanya penyerahan SK TORA atau SK Biru ini, masyarakat bisa menjadi penerima, bekerja di lahan yang diredistribusikan.

“Masyarakat yang berada di lahan tersebut dapat memproses penerbitan sertifikat, Sehingga eksisting sudah bisa dikuasai masyarakat,” ujar Andap.

Kata dia, masyarakat Sultra bisa memanfaatkan lahan dari SK Biru secara aman dan legal. Penggunaan SK Biru bertujuan mensejahterakan warga secara merata di Sultra.

Luas lahan ketiga Kabupaten/Kota di Sultra yang mendapat SK Biru adalah 282,03 hektare atau memanjang sejauh 23,82 km, terdiri dari 825 bidang tanah.

Adapun rinciannya, Kota Baubau seluas 9,49 ha atau sepanjang 1,39 km terdiri dari 55 bidang tanah. Kabupaten Buton Tengah seluas 106,08 ha atau sepanjang 10,3 km terdiri dari 413 bidang tanah. Sementara Muna Barat seluas 166,46 ha atau sepanjang 23,82 km terdiri dari 825 bidang tanah.

Sultra merupakan satu dari 19 Provinsi yang menerima SK Biru TORA tahun 2023. Sebelumnya, sudah 8 Kabupaten/Kota di Sultra yang mendapatkan SK Biru. Dengan tambahan 3 Kabupaten/Kota tersebut, total jumlah lahan TORA yang telah mendapatkan SK Biru di Sultra hingga tahun 2023 adalah 23.053,13 ha atau sepanjang 788,29 km, terdiri dari 9.948 bidang tanah yang tersebar di 11 Kabupaten/Kota yang ada.

Andap berpesan kepada masyarakat Sultra yang telah menerima SK Biru agar menindaklanjuti atensi dan arahan Bapak Presiden Jokowi. Terkait hal tersebut, Andap menekankan beberapa hal.

Pertama, Andap mengingatkan agar lahan yang telah mendapat SK Biru digunakan secara produktif dan jangan menelantarkan lahan yang telah dipercayakan oleh pemerintah, atau statusnya akan dicabut.

"Masyarakat Sultra yang telah menerima SK Biru untuk mengembangkan perekonomian. Jangan disia-siakan, apalagi dipindahtangankan," tutur Andap.

Selanjutnya, Andap Budhi Revianto berharap, seluruh masyarakat di Sultra peduli terhadap persoalan kerusakan lingkungan. Polisi yang pernah menjabat Kapolda Sulawesi Tenggara ini, berjanji menggalakkan penanaman pohon di wilayahnya, khususnya mangrove.

Untuk tujuan tersebut, Andap mengatakan dia tidak akan segan belajar dari wilayah lain seperti Bali yang berhasil menjadi produsen tanaman atau nursery dan juga Rumpin Bogor yang berhasil melakukan persemaian bibit.

Terakhir, Andap mengingatkan kepada perusahaan tambang untuk melakukan pemulihan lahan bekas tambangnya.

"Presiden tadi tegas soal tambang. Karenanya saya akan menggandeng Rekan2 Forkopimda dan APH terkait untuk membantu melakukan pengawasan bagi perusahaan tambang di wilayah Sultra. Para pengusaha harus menaati aturan yang ada yakni memiliki pusat persemaian tanaman," ujarnya.

Terkait penyerahan sertifikat biru TORA, Jokowi menegaskan sejumlah poin penting. Pertama, siaga menghadapi perubahan iklim yang berimplikasi pada banyak sektor. Kedua peduli terhadap kerusakan lingkungan. Ketiga, perlunya kesiapan dalam menghadapi transisi menuju ekonomi hijau.

Dengan terbitnya SK Biru TORA di Sulawesi Tenggara tersebut, masyarakat dapat mengelola dan bahkan memiliki lahan secara aman dan legal. Harapan lebih jauh, pembangunan akan lebih merata, tidak terpusat di kota saja melainkan juga di daerah pinggiran atau sekitar hutan.