Liputan6.com, Palangka Raya - Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mulai menyelimuti kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Hal tersebut membuat kualitas udara di daerah yang berjuluk kota cantik kian memburuk.
Data yang dikeluarkan aplikasi IQAir untuk mengukur kualitas udara di Kota Palangka raya pada Rabu 27 September 2023 pukul 12.30 WIB, menunjukkan angka 222 dengan Particulate Matter (PM) 2,5 yang menandakan kualitas udara sangat tidak sehat.
Akibatnya, sejumlah fasilitas layanan kesehatan mulai dikunjungi pasien dengan penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), seperti yang dirasakan Aminah dan balitanya yang berusia 3 bulan.
Advertisement
Dia merasakan pekatnya kabut asap yang membuat mata menjadi pedih dan sesak ketika bernafas. Bahkan, balitanya sudah lebih dari seminggu tak kunjung sembuh dari batuk.
Baca Juga
"Keluhannya anak kami batuk dan badannya panas dampak menghirup kabut asap yang mulai tebal sehingga fisik anak saya tidak kuat," ungkap Aminah, Rabu (27/09/2023).
Aminah juga berharap, pemerintah dapat segera menanggulangi kebakaran hutan dan lahan, sehingga bencana kabut asap tidak berkepanjangan dan menghantui warga.
Sementara itu, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Puskesmas Panarung, Palangka Raya, Ina Sunjaya mengatakan jika beberapa pasien penderita ISPA, salah satunya disebabkan oleh kabut asap.
"Terkait ISPA, mereka banyak yang mengeluhkan batuk, pilek, demam dan nyeri tenggorokan," ujar Ina Sunjaya.
Wanita berkacamata ini menunjukan data peningkatan pasien ISPA di Puskesmas Panarung, Palangka Raya dari bulan Agustus 2023 sebanyak 202 kasus naik menjadi 390 kasus hingga 27 September 2023.
"Mayoritas pasiennya adalah bayi, balita, usia repoduktif dan lansia. Namun data terakhir paling banyak usia repoduktif," ungkap Ina Sunjaya.
Ina Sunjaya juga menghimbau agar masyarakat menggunakan masker dan mengurangi aktivitas di luar ruangan, sehingga memperkecil dampak dari paparan kabut asap.
Â