Liputan6.com, Polewali Mandar - Cita-cita warga Polewali Mandar punya gedung perpustakaan keren akhirnya terwujud. Perpus megah tiga lantai senilai Rp10 miliar dibangun dengan beragam fasilitas. Selain ruang baca, ada ruang diorama, ruang audio visual, ruang baca outdoor, ruang digital, hingga ruang laktasi dan ruang baca lansia. Pembangunan perpus itu sendiri bersumber DAK tahun 2022.
"Kami sengaja tempatkan di kawasan Sport Center. Di publik area. Jadi, misal orang-orang yang ingin beristirahat setelah berolahraga bisa berkunjung. Siapa pun bisa mengisi waktu luangnya dengan membaca di perpustakaan," kata Bupati Polewali Mandar Andi Ibrahim Masdar, saat peresmian gedung perpustakaan umum daerah Polewali Mandar mendampingi Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando, Jumat, (29/9/2023).
Baca Juga
Usai diresmikan, Andi Ibrahim berjanji merencanakan akselerasi peningkatan indeks literasi dengan membangun 10 gazebo baca yang kedap suara dan kafe literasi.
Advertisement
Pada kesempatan sebagai pembicara kunci, Syarif Bando mengatakan setidaknya ada empat faktor penyebab kemiskinan. Pertama, akses ke ilmu pengetahuan yang kurang. Kedua, minim skill inovasi, dan kreativitas. Ketiga, akses permodalan yang amat sangat terbatas, dan keempat budaya malas yang masih menjadi kebiasaan.
Ketika kita menganggap masalah tersebut bisa ditangani dengan pendidikan, maka tempatkanlah perpustakaan sebagai jantungnya pendidikan. Namun, seringkali kita jujstru menempatkan pondasi pendidikan kita melalui ijazah dan SKS.
"Akibatnya, banyak lulusan sarjana yang mengantongi nilai kelulusan tinggi tapi tidak mampu berbuat banyak mengatasi persoalan di masyarakat. Karena mind set mereka setelah lulus belajar adalah mencari pekerjaan bukan menciptakan lapangan pekerjaan," ungkap Syarif Bando.
Kita tidak bisa mengukur kualitas pengetahuan seseorang bermodalkan ijazah. Tapi ukurlah pengetahuannya dengan kebiasaan membacanya. Dari situ, kemudian lahirlah bermacam teknologi yang bermanfaat buat kehidupan semesta.
"Tidak ada transfer teori dan praktik dari buku ke otak kecuali dengan membaca," kata Syarif Bando.
Indeks Literasi di Polman
Sementara itu, pada sesi talkshow, Ketua DPRD Polewali Mandar Jupri Mahmud mengakui saat ini kalangan legislatif dan ekeskutif sudah satu frekuensi bahwa perpustakaan adalah hal fundamental untuk memajukan kondisi masyarakat Polman. Tidak ada alasan bagi daerah untuk tidak mendukung karena legal hukum melalui undang-undang dan Peraturan Pemerintah (PP) tentang perpustakaan sudah ada.
"Kita pun, sejak 2021 telah memiliki peraturan daerah tentang penyelenggaraan perpustakaan," terang Jupri.
Jupri memahami dengan kualitas literasi yang kurang, tidak akan ada kemajuan berarti dari suatu daerah. Maka itu, pihaknya bakal mengamini usulan Bupati Andi Ibrahim yang menghendaki adanya gazebo baca dan kafe literasi sebagai percepatan indeks literasi di Polman.
Selama masa reses pun, teman-teman DPRD juga menerima adanya permintaan dibangunnya taman baca masyarakat berikut koleksi buku-buku di desa-desa. Permintaan ini sudah diaspirasikan masyarakat sejak tahun 2020.
"Tapi kita menemui kendala karena aturan atau sistem informasi yang mengakomodir program belum ada. Padahal, kondisi daerah memerlukan daya dorong atau program jemput bola karena banyak daerah yang mengalami kondisi masyarakat yang kurang minat baca,” ungkap Jupri lagi.
Pegiat pustaka bergerak Perahu Pustaka Muhammad Ridwan Alimuddin menambahkan, secara statistik, Indonesia termasuk negara yang paling banyak memiliki perpustakaan.
Namun, seperti yang disampaikan Kepala Perpusnas justru akses terhadap ke bahan bacaan yang belum memadai.
"Ambil contoh di perpustakaan sekolah dimana kondisi ruangan perpustakaan malah dialihfungsikan menjadi gudang alat olahraga. Kalau pun ada koleksi buku—buku malah dibiarkan bertumpuk, berdebu, dan masih terbungkus plastik," terang Alimuddin.
Alimuddin berterima kasih keberadaan pustaka bergerak sangat di-support oleh Perpustakaan Nasional. Dan tentu sangat memberikan motivasi bagi pegiat literasi bergerak.Namun, ia mengharapkan adanya dukungan konkrit, misal dukungan perpustakaan daerah agar memfasilitasi para penulis di Polman terkait review naskah dan kepengurusan ISBN.
"Sehingga ilmu pengetahuan dapat terus berproduksi lewat ekosistem literasi yang dibangun," pungkas Alimuddin.
Advertisement