Sukses

Mengintip Teknologi CSA, Bikin Panen Padi Tetap Optimal di Musim Kemarau

Di tengah musim kemarau dan dampak El Nino yang terjadi, petani di Desa Kembangan, Kecamatan Bukateja, Kabupaten Purbalingga, masih bisa melakukan panen padi bersama

Liputan6.com, Purbalingga - Di tengah musim kemarau dan dampak El Nino yang terjadi, petani di Desa Kembangan, Kecamatan Bukateja, Kabupaten Purbalingga, masih bisa melakukan panen padi dengan hasil optimal.

Memanfaatkan teknologi Pertanian Cerdas Iklim atau Climate Smart Agriculture (CSA) dari Kementerian Pertanian (Kementan) para petani memperoleh hasil panen yang memuaskan.

“Bersyukur di tengah kondisi kekurangan air kita masih bisa panen bersama. Ini tentu saja tidak lepas dari dukungan semua pihak,” kata Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi dalam kegiatan Farmer Field Day (FFD) Panen Padi Demplot CSA SIMURP di Desa Kembangan, dikutip dari keterangan Kominfo Purbalingga, Sabtu (30/9/2023).

Bupati berharap program CSA yang telah dilaksanakan di Desa Kembangan bisa ditularkan kepada seluruh petani di wilayah Purbalingga. Diakui Bupati Tiwi, pertanian cerdas iklim ini terbukti mampu membantu para petani untuk mempertahankan produksi padinya.

“Melalui demplot padi CSA SIMURP ini saya berharap petani di Kembangan dan para penyuluh bisa melakukan transfer knowledge pada gapoktan dan kelompok petani yang lain. Syukur-syukur CSA ini bisa direplikasi di wilayah lain, sehingga petani di Purbalingga memahami manfaat dari program CSA yang semuanya serba efisien,” ujar bupati.

Kepala Dinas Pertanian (Dinpertan) Kabupaten Purbalingga, Mukodam menjelaskan banyak manfaat yang bisa didapatkan oleh petani dari pemanfaatan CSA ini, di antaranya adalah sumbangsih para petani untuk menurunkan emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global.

“Selain menghemat penggunaan air pada lahan persawahan, teknologi ini juga bisa menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 54,7 persen,” ujar dia.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Produktivitas Teknologi CSA SIMURP

Dari segi produktivitas, Mukodam menuturkan pemanfaatan teknologi CSA SIMURP sukses meningkatkan produksi rata-rata hingga 26 persen. Yakni jika biasanya produksi rata-rata per 1 hektare lahan persawahan menghasilkan 6.48 ton, dengan CSA SIMURP ini produksi rata-ratanya mencapai 8.17 ton/hektare.

Lokasi demplot CSA SIMURP di Kabupaten Purbalingga berada di Kecamatan Bukateja dan Kemangkon dengan luasan total 196 hektare dengan jumlah anggota petani sebanyak 1.660 petani dari 100 kelompok tani.

Perwakilan dari Badan Penyuluh dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan RI Hasan Latukonsina mengatakan, produktivitas pertanian di Tanah Air akan terancam jika pemerintah tidak segera mengambil langkah antisipasi kemarau panjang dan El Nino yang terjadi.

Melalui program CSA SIMURP ini, pihaknya berhadap produksi dan produktivitas petani di Tanah Air, khususnya di Purbalingga bisa teratasi.

“Purbalingga menjadi salah satu kabupaten yang terpilih di Jawa Tengah sebagai lokasi demplot CSA SIMURP. Semoga program ini bisa dikembangkan dan memberikan kemanfaatan bagi petani Purbalingga,” kata dia.

Diterangkan, gerakan pengamanan dampak El Nino melalui Program SIMURP tersebar 10 provinsi dengan anggaran yang digelontorkan sebesar Rp 79 miliar, dimana sebesar 75 persen dari alokasi anggaran masuk di wilayah Provinsi Jateng.

Pada kegiatan FFD Panen Padi Demplot CSA SIMURP usai melakukan panen padi secara manual, Bupati Tiwi juga berkesempatan menjajal alat pemanen padi Combine Harvester yang merupakan bantuan alat mesin pertanian (alsintan). Kabupaten Purbalingga mendapatkan bantuan empat unit Combine Harvester dari Kementerian Pertanian RI.