Sukses

Masjid Quwwatul Islam: Cerita Perpaduan Budaya Yogyakarta dan Banjar 

Masjid Quwwatul Islam Yogyakarta yang berlokasi di Jalan Mataram, Suryatmajan, Danurejan, Yogyakarta, resmi berdiri.

 

Liputan6.com, Yogyakarta - Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, Selasa (10/10/2023), meresmikan berdirinya Masjid Quwwatul Islam di Jalan Mataram No1, Suryatmajan, Danurejan, Yogyakarta.

Bangunan masjid Quwwatul Islam memiliki simbol persatuan dan perpaduan kebudayaan antara Banjar dengan Yogyakarta, sehingga mempererat tali silaturahmi umat Islam di Yogyakarta dan sekitarnya.

"Ini (tanah) dulu kan diberikan oleh suwargi (almarhum HB) IX, supaya bisa digunakan untuk masjid. Dari awal warga masyarakat Banjar yang di Jogja yang mengajukan permohonan pada waktu itu. Dari sebuah langgar bernama Langgar Kalimantani hingga menjadi masjid yang kita kenal hari ini, perjalanan ini mengandung makna kebersamaan yang patut kita apresiasi," kata Sri Sultan saat meresmikan Masjid Quwwatul Islam Selasa (10/10/2023). 

Sri Sultan mengatakan Masjid Quwwatul Islam Yogyakarta memiliki arsitektur dengan corak Kalimantan Selatan, islam dan budaya Yogyakarta menjadi bukti konkret keberagaman budaya yang memperkaya bangsa ini. Terlihat dari bentuk atap masjid yang menyerupai Masjid Sultan Suriansyah di Banjarmasin dan menara golong gilig khas Yogyakarta.

"Dengan peresmian ini, mari kita bersama-sama berkomitmen untuk menjaga dan memakmurkan keberadaan Masjid Quwwatul Islam Yogyakarta. Semoga masjid ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat kegiatan-kegiatan produktif yang akan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat," tutur Sri Sultan.

Adanya Masjid Quwwatul Islam Yogyakarta ini Sri Sultan berharap bisa memberikan manfaat dalam pengembangan keIslaman juga memberikan berkah bagi seluruh umat manusia dan sumber inspirasi bagi generasi-generasi mendatang.

Membacakan sambutan Gubernur Kalimantan Selatan, Staf Ahli Gubernur Kalimantan Selatan Bidang Pemerintahan, Hukum, dan Politik, Sulkan mengatakan, dengan pembangunan masjid ini menjadi bukti kecintaan masyarakat khususnya masyarakat Banjar yang ada di Yogyakarta kepada masjid. Setidaknya ada tiga aspek dalam pemeliharaan dan pengelolaan masjid yang harus saling mendukung yaitu manajemen, pengelolaan program, dan pengelolaan fisik arsitektur masjid.

"Keberadaan masjid sebagai tempat ibadah umat Islam memiliki peran strategis dalam menumbuh kembangkan peradaban umat. Oleh karenanya, saya berharap Masjid Quwwatul Islam Yogyakarta yang telah rampung kita bangun ini, hendaknya dapat dijadikan sebagai tempat menanamkan nilai-nilai kebajikan dan kemaslahatan umat manusia. Memakmurkan masjid ini dengan kegiatan yang bernuansa keagamaan seperti salat, zikir, dan kegiatan membaca Al-Qur'an," ungkap Sultan.

Ia berharap masjid ini nantinya dapat menjadi pusat pendidikan tempat untuk membangun ekonomi dan kesejahteraan masyarakat seperti memberantas kemiskinan, kebodohan, dan kedangkalan Iman. Selain itu,dapat mewujudkan masyarakat madani yakni masyarakat yang dituntun oleh wahyu ilahi dan bergerak dinamis sebagai masyarakat yang saling bahu-membahu, gotong royong, tolong menolong, dan bekerja sama dalam membangun kesejahteraan umat di masa depan.

"Semangat masyarakat madani inilah yang kita harapkan selalu mengiringi kita dalam upaya memakmurkan masjid-masjid di manapun kita berada termasuk di Masjid Quwwatul Islam Yogyakarta ini. Untuk itu saya berpesan kepada pengurus, agar masjid ini dapat dikelola dengan manajemen yang baik sehingga masjid menjadi indah terawat dan mengundang orang-orang ramai untuk berkunjung dan melakukan aktivitas keagamaan di masjid tercinta ini," kata Sulkan.

 

2 dari 2 halaman

Eksistensi Warga Banjar di Yogyakarta

Masjid Quwwatul Islam Yogyakarta ini sejarahnya tidak lepas dari peran dan eksistensi warga Banjar di DIY sejak sebelum kemerdekaan RI. Hal ini terbukti pada masa itu warga Banjar di Yogyakarta mendirikan laskar Kalimantan yang ikut berjuang secara fisik bersama pejuang-pejuang setempat dalam rangka merebut kemerdekaan Indonesia.

Masa tersebut menjadi awal kedekatan warga Banjar dengan Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang bertahta pada masa itu. Karena banyaknya komunitas warga Banjar yang berdomisili dan menetap di kampung-kampung sekitar kawasan Menduran dan keinginan warga Banjar untuk mendirikan tempat ibadah, maka warga Banjar memohon sebidang tanah kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

Pada tahun 1943 permohonan tersebut dikabulkan dan warga Banjar menerima pemberian atau paringan dalem sebidang tanah seluas 958 meter persegi di Kampung Suryatmajan, Menduran dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Sebidang tanah tersebut oleh para warga Banjar kemudian didirikan surau atau langgar yang diberi nama Langgar Kalimantani.

Ketua Pembina Yayasan Quwwatul Islam atau Ketua Panitia Pembangunan Masjid Quwwatul Islam Yogyakarta Djunaidi AB.HAM mengatakan, tahun 1953 langgar Kalimantani memiliki jamaah yang terus bertambah maka dibangunlah Masjid Quwwatul Islam Yogyakarta ini.

“Perubahan tersebut seiring ketulusan rasa persaudaraan dari kita semua bersama-sama dan terutama bimbingan dan arahan dari Ngarsa Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono IX terhadap orang-orang Banjar yang ada di Yogyakarta ini,” ucap Djunaidi.

Pembangunan kembali Masjid Quwwatul Islam Yogyakarta ini menurut Djunaidi dimulai sejak tahun 2015 hingga 2020 dan menghabiskan dana sebesar Rp15 Miliar. Masjid ini memiliki 5 lantai dengan beberapa fasilitas dan ruang, seperti basement untuk parkir, ruang sholat utama, ruang sholat wanita dan anak anak maupun TPA, mimbar, gerai penjualan buku agama dan perlengkapan muslim serta fasilitas lainnya.

“Kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada pemerintah dan masyarakat Yogyakarta khususnya Keraton Yogyakarta atas restu dan dukungannya terhadap pembangunan masjid ini,” kata Djunaidi. 

Djunaidi bertekad  menjaga, memelihara, dan mengembangkan Masjid Quwwatul Islam Yogyakarta dengan sebaik-baiknya bersama masyarakat di lingkungan Yogyakarta ini, guna meningkatkan keimanan, keilmuan, dan amaliyah umat dengan mengharapkan ridho Allah SWT. 

“Seiring dengan tekad tersebut, kami dengan ketulusan hati memohon kepada Gubernur DIY yang mulia Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Gubernur Kalimantan Selatan kiranya berkenan untuk mendoakan kelangsungan masjid ini dan dapat digunakan serta dimanfaatkan oleh masyarakat umat Islam yang berada di Yogyakarta ini,”  kata Djunaidi.